Arab, Venezuela dan Rusia Akur, Harga Minyak Dunia Bisa Bangkit

Untuk kondisi harga minyak Indonesia, Menteri ESDM Sudirman Said belum bisa menargetkan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Feb 2016, 12:49 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2016, 12:49 WIB
Harga Minyak Jatuh Gara-gara Yunani
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said yakin harga minyak dunia akan kembali naik pada tahun ini. Keyakinan tersebut muncul setelah terjadi kesepakatan antara negara produsen minyak untuk mengontrol produksi.

Sudirman mengatakan, Arab Saudi, Rusia dan Venezuela telah menjalin diskusi dan menyepakati untuk mengurangi produksi minyak atau setidaknya tidak akan meningkatkan produksi di tahun ini jika dibandingkan dengan tahun lalu. Langkah pembatasan produksi ini untuk menjaga stok minyak di pasar internasional. 

"Mereka bertiga sepakat untuk menjaga produksi, tidak nambah lagi," kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/2/2016).

Dengan adanya kesepakatan negara-negara yang merupakan produsen minyak terbesar tersebut akan memberikan dampak positif kepada harga minyak dunia. Dengan kesepakatan tersebut harga minyak dunia akan bangkit dari saat ini yang berada di kisaran US$ 30 per barel. 

Namun memang, kenaikan harga minyak tidak akan terlalu tinggi atau mencapai titik puncak seperti yang terjadi pada pertengahan 2014 lalu. Pada kisaran Juni 2014, harga minyak di atas level US$ 100 per barel. Bahkan beberapa bulan sebelumnya harga minyak sempat menyentuh US$ 110 per barel. 

"Saya membayangkan mungkin setahun ke depan, akan ada rebound meskipun tidak akan terlalu tinggi. Banyak prediksi tahun 2017 ketika mereka sudah capek berantem, banting-membanting, mungkin akan ketemu keseimbangan," terangnya.

Sudirman mengungkapkan, untuk menciptakan kondisi bisnis yang harga minyak dunia harus seimbang, ‎tidak terlalu tinggi karena akan menciptakan krisis dan tidak terlalu rendah karena akan mematikan bisnis.

Untuk kondisi harga minyak Indonesia, Sudirman belum bisa menargetkan, karena harus berkonsultasi dengan Kementerian Keuangan terlebih dahulu. "Nanti biar pak menteri keuangan yang menghitung dan kita akan sampaikan masukan-masukan,"‎ tutup Sudirman. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya