Ini Rincian Proyek Penambahan Terminal BBM dan Elpiji Pertamina

PT Pertamina (Persero) menambah jumlah terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Elpiji di beberapa daerah.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Feb 2016, 19:13 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2016, 19:13 WIB
20151006- Terminal BBM Panjang-Lampung
Pekerja melakukan pengecekan kapal M.T Jhon Caine yang digunakan untuk menyuplai BBM di Terminal BBM Panjang, Bandar Lampung, Selasa (6/10/2015). Terminal BBM Panjang akan menjadi Integrated End to End Pertama di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menambah jumlah terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Elpiji di beberapa daerah. Langkah tersebut dilakukan oleh Pertamina untuk meningkatkan stok BBM dan Elpiji dari‎ 16 hari menjadi 30 hari. Selain itu, penambahan terminal tersebut juga untuk mengurangi impor.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, proyek infrastruktur hilir migas tersebut dibangun secara keberlanjutan (Carry over Project) dengan total biaya investasi mencapai US$ 683‎ juta ‎"Pembangunan terminal BBM dan Elpiji itu carry over. Jadi tidak tahun ini saja," kata Wianda, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (25/2/2016).

Salah satu terminal yang akan dikembangkan adalah Terminal BBM di PulauSambu, Riau. TerminalBBM tersebut semula berkapasitas 150 ribu kiloliter (KL). Dengan pengembangan tersebut diharapkan kapasitas terminal tersebut bisa menjadi dua kali lipat atau 300 ribu KL.

Dengan penambahan kapasitas tersebut diharapkan stok BBM yang dimiliki Pertamina bisa bertambah besar sehingga mendorong ketahanan energi. " Rencana peningkatan stok dari 16 hari jadi 30hari. Triwulan III 2016 pengembangan terminal BBM Pulau Sambu diharapkan sudah onstream," tuturnya.

Wianda melanjutkan untuk pengembangan infrastruktur Elpiji, Pertamina melakukan pembangunan terminal Elpiji Refrigerated Jawa Barat berkapasitas 88 ribu Metrik Ton (MT), pembangunan terminal Elpiji‎ Pressurised Padang 3 ribu MT, pembangunan terminal Elpiji Pressurised Bali berkapasitas 3 ribu MT dan revitalisasi terminal Refrigated Arun berkapasitas 88 ribu MT.

"Kenapa kami membangun banyak terminal Elpiji? Karena kami ingin kurangi angka impor yang saat ini berada di kisaran 6,7 MT per tahun," ungkapnya.

Sedangkan proyek pengembangan pada 2016 dilakukan pada terminal Elpiji Refrigerated Jawa Timur berkapasitas 88 ribu MT dan revitalisasi terminal Elpiji Refrigerated Bontang berkapasitas 100 ribu MT.

"Yang carry over, Jawa Barat selesai 2019, Padang 2018, Bali 2018, Arun hanya refitalisasi jadi 2017 selesai. Jawa Timur butuh waktu 3,5 tahun sampai 4 tahun jadi selesai 2020 atau 2019 akhir," tutup Wianda. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya