Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Penguatan rupiah terjadi karena pelaku pasar masih cukup optimistis dengan perekonomian nasional.
Mengutip Bloomberg, Senin (29/2/2016), rupiah berada di level 13.388 per dolar AS pada pukul 13.00 WIB, menguat jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di level 13.405 per dolar AS.
Sepanjang pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.385 per dolar AS hingga 13.413 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah menguat 2,9 persen.
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 13.395 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan patokan pada akhir pekan kemarin yang ada di angka 13.400 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mengalami kenaikan 0,1 persen sepanjang bulan ini. Rupiah mampu menguat 2,8 persen pada bulan ini, yang merupakan penguatan terbaik di antara mata uang lainnya di Asia.
Kenaikan rupiah terjadi karena investor cukup yakin dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini setelah Bank Indonesia secara berturut-turut menurunkan suku bunga acuan menjadi 7 persen.
Penurunan suku bunga acuan ini akan mendorong pertumbuhan kredit yang bisa mendongkrak perekonomian nasional.
Ekonom PT Samuel sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, tren penguatan rupiah kembali, namun penguatan tersebut tidak terlalu tinggi.
Alasannya adalah angka inflasi pada Februari 2016 diperkirakan naik. "Kenaikan angka inflasi akan membuat peluang penurunan BI Rate kembali menjadi lebih kecil," jelasnya.
Selain itu, pergerakan rupiah juga masih akan dipengaruhi akan harga minyak dunia. Jika harga minyak terus melemah maka akan berpengaruh kepada harga komoditas yang akan mempengaruhi posisi ekspor impor nasional. (Gdn/Ndw)