Harga Cabai Hingga Emas Jadi Penyebab Inflasi Maret

Kepala BPS Suryamin menilai laju inflasi terkendali seiring pemerintah sudah mulai kendalikan harga hingga ke kota.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Apr 2016, 13:48 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2016, 13:48 WIB
20160105-Ilustrasi-Inflasi-iStock
Ilustrasi Inflasi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Maret 2016 sebesar 0,19 persen. Realisasi tersebut disebabkan karena kenaikan harga bahan pangan, terutama cabai dan bawang yang selalu menjadi langganan inflasi.

Kepala BPS Suryamin saat Konferensi Pers, mengatakan, inflasi sebesar 0,19 persen tergolong masih terkendali meskipun kecenderungannya mengalami deflasi pada periode Maret dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

"Inflasi ini masih terkendali, itu karena pemerintah sudah mulai mengendalikan harga sampai ke kota-kota. Bahkan kita laporkan harga rata-rata beras yang diamati setiap pertengahan pekan ke Menko Perekonomian dan Menteri BUMN supaya Bulog bisa memantau," kata Suryamin di kantornya, Jakarta, Jumat (1/4/2016).  

 

Berikut penyebab inflasi Maret 2016 :

1. Bawang merah dengan perubahan harga sebesar 31,99 persen dan andil inflasi 0,16 persen karena musim hujan. Kenaikan harga terjadi di 74 kota, tertinggi di Tegal 86 persen dan Kudus 71 persen.

2. Cabai merah dengan perubahan harga 20,37 persen dan andil inflasi 0,13 persen karena kurang pasokan dari sentra produksi akibat musim hujan. Kenaikan terjadi di 75 kota, tertinggi di Tanjung 84 persen dan Manokwari 78 persen.

3. Cabai rawit dengan perubahan harga 31,52 persen dan andil inflasi 0,05 persen. Sebanyak 73 kota mengalami kenaikan harga, tertinggi di Sumenep sampai 145 persen dan Kediri 134 persen.

4. Emas perhiasan dengan perubahan harga 2,46 persen dan andil 0,03 persen karena mengikuti pergerakan harga internasional. Kenaikan harga terjadi di 69 kota, tertinggi di Bau-bau dan Manado masing-masing 8 persen, serta Banyuwangi 6 persen.


5. Bawang putih dengan perubahan harga 8,46 persen dan andil inflasi 0,02 persen karena pasokan sedikit. Kenaikan harga terjadi di 80 kota IHK, tertinggi di Pangkal Pinang 28 persen dan Bulukumba 22 persen.

Berikut penghambat inflasi atau penyebab deflasi :

1. Daging ayam ras mengalami penurunan harga 9,18 persen dengan andil deflasi 0,12 persen. Penurunan harga terjadi di 72 kota IHK, tertinggi di Pare-pare 19 persen dan Banyuwangi 20 persen.

2. Telur ayam ras mengalami penurunan harga 9,08 persen dengan andil deflasi 0,07 persen karena pasokan melimpah. Sebanyak 74 kota IHK mengalami penurunan harga, tertinggi di Kediri sampai 19 persen dan Banyuwangi 17 persen.

3. Tarif dasar listrik dengan perubahan penurunan harga 1,16 persen dan andil deflasi 0,04 persen. Sebanyak 80 kota IHK mengalami penurunan harga, tertinggi di Yogyakarta 1,95 persen.

4. Beras dengan perubahan harga 0,56 persen dan andil deflasi 0,03 persen karena pasokan banyak lantaran mulai panen. Penurunan harga terjadi di 46 kota IHK, tertinggi di Pare-pare 7 persen dan Sumenep 6 persen.

5. Tarif angkutan udara dengan perubahan penurunan harga 5,15 persen dan andil deflasi 0,03 persen karena penurunan tarif dari pemerintah. Sebanyak 30 kota IHK mengalami penurunan harga, tertinggi di Maumere 32 persen, serta Singkawang dan Pontianak, masing-masing 18 persen.

6. Ikan segar dengan perubahan penurunan harga 0,71 persen dan andil deflasi 0,02 persen. Pasokan cukup banyak karena cuaca beberapa daerah sentra produksi tidak terganggu akibat hujan.

7. Kentang dengan perubahan harga 8,93 persen dan andil deflasi 0,02 persen karena pasokan berlimpah akibat panen. Sebanyak 72 kota mengalami penurunan harga, tertinggi di Kupang sampai 35 persen.

8. Bensin, utamanya Pertamax dengan perubahan penurunan harga 0,56 persen dan andil 0,02 persen. Ini terjadi karena harga BBM turun jenis Pertamax. Sebanyak 77 kota IHK mengalami penurunan harga.  (Fik/Ahm)
    

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya