Liputan6.com, Jakarta - Untuk menjadi pemimpin memang tidak mudah. Butuh keberanian, memiliki kasih, tanggung jawab dan sikap melayani. Akan tetapi, tak semua pemimpin di dunia memiliki sikap tersebut.
Sepanjang sejarah umat manusia ternyata ada banyak pemimpin kejam. Mereka menggunakan teror untuk dapat mengendalikan wilayah dan rakyatnya.
Advertisement
Pemimpin tersebut memerintah dengan tangan besi dan haus akan pengakuan dan kekuasaan. Penasaran dengan pemimpin terkejam di dunia?
Advertisement
Berikut tujuh pemimpin terkejam di dunia seperti dikutip dari laman Business Insider, Sabtu (23/4/2016):
1. Timur alias Tamerlane (1370-1405)
Tamerlane adalah penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia.
Tamerlane merupakan seorang pemimpin kejam. Dikabarkan, setiap kali dia menaklukkan sebuah kota, maka setelah itu akan ada menara-menara yang disusun dari ribuan kepala pasukan musuh yang dibantainya.
Bangunan-bangunan dibumihanguskan. Tidak akan ada yang tersisa selain puing-puing dan mayat-mayat tanpa kepala. Kota Urgach menjadi saksi kebrutalan pasukan Temur, kota itu diratakan dengan tanah sampai tidak ada lagi bangunan yang berdiri.
Sosoknya dikenalkan kepada publik Barat sebagai Tamburlaine, sosok pembantai, brutal, dan bengis.
Vlad III
2. Vlad III, Pangeran Wallachia (1448 - 1476)
Vlad III atau yang sering dikenal dengan Vlad III si drakula adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada 1476.
Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah. Kekejamannya bermula dari dari Wallachia. Kekejaman di kota itu adalah pemandangan sehari-hari. Vlad kecil suka membunuh binatang kecil tak berdaya demi dapat melampiaskan kekejamannya.
Ketika berkuasa, Vlad melakukan reformasi dengan cara menyula (impale). Sula adalah metode pembunuhan dengan dengan cara menusukkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut. Orang-orang pertama yang menjadi korbannya adalah para bangsawan di Wallachia.
3. Queen Mary I alias Bloody Marry (1516-1558)
Queen Mary I dari Inggris adalah wanita pertama yang berhasil mengklaim tahta Inggris dan menikmati dukungan dan simpati pada awal pemerintahannya.
Queen Mary tenryata meninggalkan jejak dalam sejarah meski hanya memerintah dalam waktu singkat. Mary adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat dan alim, tetapi usaha-usahanya untuk mempertahankan paham Katolik mirip-mirip cara Kristen.
Mary menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap penganut Protestan, dan kemudian membakar lebih dari 300 orang penganut Protestan tersebut dalam periode empat tahun, yang membuat dia kemudian dijuluki “Bloody Mary.” Mary meninggal dunia pada usia 42 di Istana St. James, pada 17 November 1558.
Advertisement
Adolf Hitler
4. Adolf Hitler (1933-1945)
Pria dengan sepotong kumis ini diingat sebagai orang yang tega membunuh jutaan orang Yahudi. Dia dikenal sebagai sosok yang percaya teori eugenetika yang merujuk pada perbaikan ras manusia dengan memperbanyak orang sehat serta membuang orang-orang yang berpenyakit dan cacat.
Pada 1933, Hitler menjadi Kanselir Jerman. Saat berkuasa, dia menggabungkan jabatan kanselir dan presiden menjadi Fuhrer. Dia pun menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman.
Hitler tak segan membunuh semua penentangnya di Partai Nazi pada Juni 1934. Peristiwa itu dikenal sebagai Nacht der langen Messer alias Malam Pisau Panjang. Komunisme dan Yahudi dituding Hitler sebagai pihak di balik memburuknya situasi ekonomi. Atas dendam pada orang-orang komunis dan Yahudi, Hitler menyerang dan membunuh mereka.
Secara terbuka dia mengumumkan untuk membunuh orang Yahudi yang ada di dunia. Dia bahkan membangun kamp-kamp besar yang dilengkapi kamar gas untuk orang Yahudi. Hanya beberapa tahun, sekitar 6.000.000 Yahudi tewas di kamp tersebut.
Elizabeth Bathory
5. Elizabeth Bathory alias The Blood Countess (1590-1610)
Elizabeth Báthory adalah countess Hungaria dari keluarga Báthory. Keluarga ini diingat untuk pertahanan melawan Utsmaniyah. Ia terkenal sebagai pembunuh berantai dalam sejarah Hungaria dan Slowakia.
Akibat pengaruh satanisme yang dianutnya, ia pun berubah menjadi pembunuh sadis. Elizabeth mulai menyenangi kepuasan seksual lewat penyiksaan yang dilakukannya terhadap pelayan-pelayan lainnya yang masih muda.
Dibantu oleh beberapa pelayan terdekatnya, Elizabeth mengubah Istana Čachtice miliknya menjadi pusat teror dan penyiksaan seksual.
Para gadis muda yang jadi pelayannya disiksa dengan berbagai bentuk penyiksaan seperti diikat, ditelanjangi lalu dicambuk dan juga menggunakan berbagai alat untuk menyakiti bagian-bagian tubuh tertentu. Selama 25 tahun melakukan aksi, konon korban tindakan brutalnya mencapai lebih dari 250 orang.
Advertisement
Benito Mussolini
6. Benito Mussolini (1922-1943)
Benito Mussolini merupakan sahabat Rudolf Hitler. Sikap Benito Mussolini pun tak jauh dari Rudolf Hitler yaitu arogan, kejam dan jahat.
Tak hanya itu, dia juga dikenal sebagai orang suka memaksakan kehendak. Sempat menjadi editor di beberapa koran, pria bernama lengkap Benito Amilcare Andrea Mussolini kemudian menjadikan fasisme sebagai suatu gerakan politik pada Maret 1919.
Dia membentuk kelompok untuk bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yang merupakan kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong.
Mussolini meyakini manusia yang tidak berkualitas harus dimusnahkan. Hal tersebut yang menyebabkan keputusannya dibalik invasi Ethiopia. Ia percaya ras unggul seperti Italia sudah seharusnya memerintah karena merupakan akibat alami dari evolusi. Sebanyak 30 ribu orang Ethiopia tewas dalam invasi tersebut.
Pol Pot
7. Pol Pot (1975-1979)
Pol Pot dikenal sebagai salah satu pemimpin negara yang kejam lantaran bertanggung jawab atas kematian sekitar dua juta warga Kamboja. Pol Pot atau Saloth Sar lahir pada 19 Mei 1928 di Prek Sbauv di Indochina Prancis.
Ia berhasil menjatuhkan kekuasaan Pangeran Shihanouk dan jenderal Lon Nol dalam aksi Khmer Merah atau Khmer Rouge pada April 1975. Khmer saat itu memiliki basis para petani.
Saat ia berkuasa, rakyat dari perkotaan dievakuasi ke pedesaan. Kemudian rakyat harus hidup bersama di ladang-ladang yang ada. Pol Pot tak segan membunuh siapapun yang berseberangan dengan ide dan langkah politiknya.
Para intelektual dan biksu disiksa dan dibunuh karena dianggap tak sejalan dengan doktrinnya. Cara mengeksekusi 'lawan'-nya pun dikenal begitu kejam. Pacul dan kantong plastik untuk membekap kepala 'lawan' menjadi alat eksekusi Pol Pot. Para korban kemudian dikubur secara massal di wilayah Choen Ek. Tempat itu pun diberi nama 'Killing Field'. (Vna/Ahm/Ndw)
Advertisement