Liputan6.com, Jakarta - Untuk memproduksi sebuah film memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari bayaran aktor, kru hingga pembuatan visual efek, semua membutuhkan dana yang besar. Bahkan selama 10 tahun terakhir, ongkos memproduksi film terus meningkat dari sebelumnya.
Kebanyakan film bertema superhero dan fantasi membutuhkan biaya hingga di atas US$ 200 juta atau setara Rp 2,6 triliun untuk sekali produksi.
Pada 2007, Disney mengeluarkan hingga US$ 300 juta lebih atau setara Rp 3,9 triliun (estimasi kurs Rp 13.180 per dolar AS) untuk memproduksi Pirates of the Caribbean: At World’s End.
Advertisement
Anggaran produksi film tersebut masih lebih mahal US$ 40 juta dibandingkan film besutan Disney lain, yang diproduksi pada 2012 dan menjadi runner up berjudul John Carter. Biaya pembuatan film ini mencapai US$ 264 juta (Rp 3,4 triliun). Nilai ini masih murni dengan memperhitungkan biaya produksi, tanpa memperhatikan ongkos paska produksi maupun inflasi.
Bila dengan menghitung besaran inflasi, Pirates of the Caribbean: At World’s End hingga kini masih menjadi film termahal, dengan biaya produksi mencapai total US$ 341 juta (Rp 4,4 triliun).
Sementara film Titanic, hasil produksi 20th Century Fox yang dirilis pada 1997 berada di posisi kedua sebagai film dengan biaya produksi termahal, dengan menghabiskan US$ 296,4 juta (Rp 3,9 triliun).
Baca Juga
Padahal, 20th Century Fox sebelumnya hampir bangkrut usai memproduksi film berjudul Cleopatra yang dibintangi Elizabeth Taylor dan Richard Burton.
Sulit untuk menentukan kapan tepatnya anggaran film mulai meroket atau unsur-unsur apa yang menyebabkan biaya produksi meningkat.
Namun obsesi mengenai film superhero atau fantasi bisa menjadi salah satu penyebab kenaikan produksi produksi untuk menutupi anggaran di efek khusus (baik visual dan suara) maupun para stunt man.
"Ada dua faktor besar yaitu tenaga kerja dan teknologi", jelas COO Skydance Media, Paul Schwake seperti melansir Forbes.com, Senin (9/5/2016).
Dalam film sederhana yang memiliki 150 sampai 250 efek gambar visual dengan waktu tayang masing-masing berkisar lima detik, biaya yang dihabiskan berkisar antara US$ 70 ribu (Rp 922 juta) sampai US$ 100 ribu (Rp 1,3 miliar).
Ini ditambah tenaga kerja yang terlibat, biaya yang dihabiskan bisa mencapai US$ 11 juta (Rp 144 miliar) sampai US$ 25 juta (Rp 329 miliar).
Pada film aksi dengan efek yang lebih visual, angka-angkanya bisa melambung lebih tinggi. Sebab itu anggaran untuk film-film seperti Pirates of the Caribbean: At World’s End, yang membutuhkan efek khusus menelan dana hingga US$ 1 juta (Rp 13 miliar) per menit.
Schawake menambahkan, dengan teknologi yang terus berkembang membuat setiap sutradara ingin membuat film yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Jadi setiap film yang dibuat paling tidak harus baru dan lebih berkembang daripada yang sebelumnya.
Belum lagi adanya film berbentuk 3D, yang dapat menambahkan anggaran ekstra hingga US$ 10 juta (Rp 131 miliar) sampai US$ 15 juta (Rp 197 miliar) pasca produksi.
Dalam upaya untuk menarik minat penonton, film-film ini sering menampilkan aktor populer dan mahal yang jadi tokoh utama. Johnny Depp yang membintangi semua seri Pirates of the Caribbean, umumnya meminta gaji paling tidak delapan angka (dalam bentuk dolar) untuk setiap filmnya.
Pada film Spider Man, Tobey Maguire mampu menegosiasikan gaji besar untuk Spider Man 3 yang dikabarkan mencapai US$ 15 juta (Rp 197 miliar). (Shabrina Aulia Rahmah/Nrm)