Dengan Aplikasi Ini, KEIN Berharap Data Komoditas Bisa Akurat

Ketidaksesuaian akibat banyaknya data beredar terkait jumlah pasokan dan permintaan bahan pangan menjadi salah satu penyebab gejolak harga.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Jun 2016, 18:39 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2016, 18:39 WIB
KEIN
Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) berharap carut marut data komoditas pangan dapat ditekan dengan sistem aplikasi.

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) berharap carut marut data komoditas pangan dapat ditekan dengan sistem aplikasi dan integrasi logistik pangan yang dikembangkan perusahaan BUMN PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom. Aplikasi tersebut rencananya akan dipresentasikan kepada presiden Jokowi di Istana Negara.

Anggota KEIN, Benny Pasaribu, mengatakan aplikasi besutan Telkom ini akan memuat data dan aktivitas dari petani seperti data luas lahan, jumlah ternak dan data lainnya yang kemudian terkoneksi dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh BPS data tersebut akan diolah dan kemudian akan digunakan sebagai dasar perhitungan publikasi. 

"KEIN meminta aplikasi ini dibuatkan oleh Telkom dan nanti akan kami presentasikan ke presiden. Sehingga persoalan perbedaan data ini kita hentikan karena sudah terjadi selama puluhan tahun," ujar Benny diJakarta, Senin (13/6/2016).

Ketidaksesuaian akibat banyaknya data beredar terkait jumlah pasokan dan permintaan bahan pangan menjadi salah satu penyebab gejolak harga pangan. Memang, ada beberapa hal lain yang membuat harga pangan bergejolak seperti masalah kartel, rantai pasokan dan biaya logistik yang terlalu panjang.

Benny melanjutkan, dengan sistem aplikasi ini, perlahan-lahan diharapkan bisa ikut mengurangi tekanan harga pangan. "Kami harapkan setelah Ramadan tidak ada gejolak harga," ujar Benny.

Sebelumnya pada 2 Mei 2016, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan bahwa saat ini pemerintah sedang mencocokkan data pangan terutama data mengenai bawang merah. Meski produksi surplus, namun fakta menunjukkan harga bawang merah di pasar masih tinggi.

"Kami sedang mencocokkan data supaya kesimpulannya benar. Memang ada persoalan tata niaga, tapi kita ingin tahu produksinya berapa walaupun yang jelas harga naik," kata Darmin usai Rakor Pangan di kantornya, Jakarta, Senin (2/5/2016).

Terkait penimbunan yang dilakukan pedagang, Darmin tidak menampiknya. Pedagang ingin mendapatkan keuntungan lebih dengan berbagai cara. "Ya namanya pedagang, kalau harga lagi naik, dia pasti melakukan sesuatu," kata dia. 

Pemerintah, diakui Darmin, terus memantau perkembangan harga, produksi, maupun permintaan atau kebutuhan beberapa komoditas atau bahan pangan utama, seperti cabai, bawang merah dan bawang putih. (Ekarina)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya