ESDM Kaji Ulang Harga Solar Bila Minyak Mentah Capai US$ 60/Barel

‎Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menghitung ulang harga solar jika harga minyak dunia berada di atas US$ 60 per barel

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 15 Jun 2016, 17:30 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2016, 17:30 WIB
SPBU di Jakarta Pusat Stop Jual Solar Bersubsidi
Pemilik kendaraan diarahkan untuk mengisi kendaraan mereka dengan Solar non-subsidi dan Pertamax Dex, Senin (4/8/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menghitung ulang harga solar jika harga minyak dunia berada di atas US$ 60 per barel. Dengan kondisi saat ini, pemerintah menganggap harga solar masih cenderung stabil.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja mengatakan, harga solar juga tidak akan mengalami kenaikan kendati pemerintah memangkas subsidi menjadi Rp 500. Pemerintah akan mengajukan subsidi Rp 500 dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016 atau turun dari sebelumnya Rp 1.000.

‎"‎Ini harga minyak mentah dunia, kalau sudah di atas US$ 60 per barel, harus pertimbangan, hitung ulang. Kalau US$ 50-55 per barel masih‎ (dalam toleransi)," kata dia usai rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Rabu (15/6/2016).

Dia mengatakan, subsidi solar tersebut akan diberikan dalam waktu 6 bulan ke depan. Dia memprediksi, tren harga minyak dunia cenderung stabil.

"Subsidi solar ke depan ditetapkan menjadi Rp 500 tadinya Rp 1.000‎ dalam 6 bulan ke depan. 6 bulan ke depan subsidi solar akan berkurang Rp 500. Dan kita sudah kalkulasi dengan harga minyak saat ini ," jelas dia.

Wiratmadja mengatakan, ‎volume subsidi solar yang diberikan pemerintah saat ini sekitar 16 juta kiloliter (KL) atau sekitar Rp 16 triliun. 6 bulan berjalan, pemerintah telah mengucurkan subsidi sebesar Rp 8 triliun. Dia menuturkan, pengurangan subsidi ini setara dengan penghematan Rp 4 triliun.

"‎Kita kan volume 16 juta KL solar artinya kalau di subsidi Rp 16 triliun. Tapi kan sudah jalan 6 bulan, masih 6 bulan lagi. Jadi bisa mengurangi 4 triliun, setengah dari Rp 8 triliun karena masih 6 bulan lagi," tutup dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya