Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menghitung ulang harga solar jika harga minyak dunia berada di atas US$ 60 per barel. Dengan kondisi saat ini, pemerintah menganggap harga solar masih cenderung stabil.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja mengatakan, harga solar juga tidak akan mengalami kenaikan kendati pemerintah memangkas subsidi menjadi Rp 500. Pemerintah akan mengajukan subsidi Rp 500 dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016 atau turun dari sebelumnya Rp 1.000.
"Ini harga minyak mentah dunia, kalau sudah di atas US$ 60 per barel, harus pertimbangan, hitung ulang. Kalau US$ 50-55 per barel masih (dalam toleransi)," kata dia usai rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Rabu (15/6/2016).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengatakan, subsidi solar tersebut akan diberikan dalam waktu 6 bulan ke depan. Dia memprediksi, tren harga minyak dunia cenderung stabil.
"Subsidi solar ke depan ditetapkan menjadi Rp 500 tadinya Rp 1.000 dalam 6 bulan ke depan. 6 bulan ke depan subsidi solar akan berkurang Rp 500. Dan kita sudah kalkulasi dengan harga minyak saat ini ," jelas dia.
Wiratmadja mengatakan, volume subsidi solar yang diberikan pemerintah saat ini sekitar 16 juta kiloliter (KL) atau sekitar Rp 16 triliun. 6 bulan berjalan, pemerintah telah mengucurkan subsidi sebesar Rp 8 triliun. Dia menuturkan, pengurangan subsidi ini setara dengan penghematan Rp 4 triliun.
"Kita kan volume 16 juta KL solar artinya kalau di subsidi Rp 16 triliun. Tapi kan sudah jalan 6 bulan, masih 6 bulan lagi. Jadi bisa mengurangi 4 triliun, setengah dari Rp 8 triliun karena masih 6 bulan lagi," tutup dia.