Pengusaha Arab Borong Arang Buatan Indonesia Rp 2,67 Miliar

Pengusaha Arab Saudi mengimpor arang kayu (woodcharcoal) dari Indonesia ‎senilai US$ 197,81 ribu atau Rp 2,67 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Jun 2016, 10:45 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2016, 10:45 WIB
20151231-Jelang Malam Pergantian Tahun, Pedagang Jagung dan Arang Menjamur-Jakarta
Seorang pedagang arang mengemas dagangannya di Jalan Lapangan Tembak Pasar Rebo, Jakarta, Kamis (31/12/2015). Ia mengaku menjual arang seharga Rp 5.000,- per bungkus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha Arab Saudi mengimpor arang kayu (woodcharcoal) dari Indonesia ‎senilai US$ 197,81 ribu atau Rp 2,67 miliar. Transaksi itu didapat setelah importir Arab Saudi, Hassan Saeed Al Zahrani, yang melakukan kunjungan ke CV Promosia Dagang Asia di Surabaya.

Kunjungan ‎tersebut sebagai tindak lanjut dari business meeting yang difasilitasi sebelumnya di kantor Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah pada 16 Mei 2016 lalu.

CV Promosia merupakan salah satu produsen arang kayu yang aktif mengikuti pameran-pameran yang digagas ITPC Jeddah. CV Promosia merupakan perusahaan Indonesia yang bermarkas di Surabaya dan telah lama memproduksi arang kayu berstandar internasional, juga sudah‎ mendapatkan penghargaan Primaniarta dari Kementerian Perdagangan. ‎

Kepala ITPC Jeddah, Gunawan menyampaikan dalam keterangan resminya, importir Arab Saudi mengadakan survei dan kunjungan lapangan untuk melihat fasilitas pabrik pengolahan arang kayu, tempat penyimpanan, dan pengepakan.

"Melihat proses produksi yang ‎dikerjakan mengikuti standar internasional, pengusaha Arab Saudi tersebut langsung tertarik untuk mengimpor arang kayu CV Promosia Dagang Asia dengan pengiriman per bulan sebesar 40 Highcube (HC) senilai US$ 197,81 ribu," ujar dia, Kamis (16/6/2016). ‎

Meskipun memiliki cadangan migas yang besar, ujar Gunawan, masyarakat Arab Saudi sangat menghargai cita rasa makanan yang diolah dengan standar proses yang tinggi dan sangat menghindari sisa pembakaran dari bahan bakar yang berasal dari fosil.

"Oleh karena itu, makanan khas di daerah ‎jazirah Arab seperti nasi kebuli, nasi bukhori, nasi briani, dan nasi mandi lebih banyak diolah dengan menggunakan pembakaran dari arang kayu," terangnya. ‎

Gunawan mengatakan, usai pelaksanaan pameran Saudi Food, Hotel and Hospitality (SFHH) 2016, ITPC Jeddah banyak mendapatkan permintaan dari para pengusaha hotel dan restoran di Arab Saudi mengenai komoditas arang kayu.

Permintaan ini meningkat menjelang datangnya bulan Ramadan yang jatuh pada Juni 2016. Sudah jadi kebiasaan warga Arab Saudi untuk meningkatkan ibadah sehingga kebanyakan masyarakat Arab Saudi tidak memasak sendiri di rumah dan lebih banyak menggantungkan pada restoran-restoran yang menyediakan makanan untuk berbuka puasa maupun untuk keperluan sahur.

"Ini artinya permintaan bahan bakar arang kayu meningkat pesat," ucap Gunawan.

Arang kayu merupakan salah satu komoditas ekspor nonmigas yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu ini digunakan secara luas sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak baik untuk keperluan rumah tangga, restoran, dan perhotelan.

Pada saat digunakan sebagai bahan bakar, ‎arang kayu dapat menghasilkan bara api yang sempurna dimana sisa hasil pembakaran berupa karbon dioksida dan asap yang minimal sehingga dapat menghasilkan kualitas masakan dengan cita rasa maksimal. ‎

Melihat potensi penggunaan arang kayu yang sangat luas ini, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah berupaya untuk melakukan sosialisasi peningkatan ekspor nonmigas termasuk arang kayu.

“KJRI Jeddah sangat mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh ITPC dan Fungsi Ekonomi ‎Jeddah dalam memfasilitasi pengusaha Indonesia untuk lebih aktif melihat pasar Arab Saudi yang besar dan terbuka lebar,” tutur Plt Konjen RI Jeddah, Dicky Yunus.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya