Mendag Beberkan Penyebab Lonjakan Harga Daging Sapi

Menteri Perdagangan Thomas Lembong buka-bukaan soal akar masalah tingginya harga daging sapi.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Jun 2016, 19:15 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2016, 19:15 WIB
20151223-Mendag Thomas Lembong
Mendag Thomas Lembong (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Thomas Lembong buka-bukaan soal akar masalah tingginya harga daging sapi. Menurut dia, mahalnya harga daging saat ini merupakan ‎akumulasi dari kebijakan pemerintah mengurangi impor sapi bakalan sejak tahun lalu.

‎Thomas menyatakan, sebenarnya kenaikan harga daging sapi ini sudah terjadi sejak tahun lalu. Bahkan kenaikan tersebut terbilang signifikan, yaitu sebesar 30 persen.

‎"Tingginya harga daging sebenarnya terjadi di pertengahan tahun lalu. Lonjakan daging yang dahsyat terjadi di tahun lalu, melonjak 25 persen-30 persen. sejak itu harga tidak pernah turun. Tahun ini hanya naik 6 persen," ujar dia di Jakarta, Sabtu (18/6/2016).

Thomas mengungkapkan, lonjakan harga pada tahun lalu disebabkan kebijakan pemerintah yang mengurangi importasi sapi bakalan. Jika biasanya pemerintah mengeluarkan izin impor ‎bakalan sebesar 160 ribu ekor per kuartal, pada tahun lalu pemerintah menurunkan volume izin impor tersebut menjadi 50 ribu ekor.

Kemudian kondisi tersebut semakin diperparah dengan terlambatnya izin impor sapi bakalan yang dikeluarkan pada tahun ini. Hal tersebut membuat pasokan menipis sedangkan kebutuhan terus mengalami lonjakan, khususnya selama Ramadan.

"Kami memperburuk situasi, karena ini ditambah lagi dengan kami yang lambat mengeluarkan izin sapi impor pada awal tahun yang harusnya ada 650 ribu ekor di depan supaya pelaku bisa atur timing-nya. Ini hanya 150 ribu ekor‎," jelas dia.

Akumulasi kebijakan pemerintah ini yang dinilai menjadi pangkal masalah dari tingginya harga daging sapi. Bahkan Kelangkaan daging sempat terjadi pada April-Mei lalu.

‎"Ini istilahnya sapi bakalan, masih kurus harus lewati proses penggemukkan, biasanya 4 bulan. Tapi dengan sangat minimnya impor sapi bakalan, akhirnya terjadi kelangkaan sampai sekarang. Makanya harga tetap tinggi. Kelangkaan paling terasa itu di April-Mei‎," tutur dia.

Dia mengatakan, pada November tahun lalu, pemerintah telah sepakat untuk membuka keran impor sapi bakalan sebanyak 650 ribu ekor di awal tahun ini. Namun kenyataannya, izin impor yang diberikan hanya untuk 150 ribu ekor.

‎"November tahun lalu sepakat untuk keluarkan impor sapi 650 ribu ekor. Itu bukti ketidakbecusan kami," ujar dia.

Thomas menyatakan, Wakil Presiden Jusuf Kalla sebenarnya telah mengingatkan agar menteri-menteri terkait untuk mematuhi kesepakatan tersebut. Namun kenyataannya kesepakatan tersebut diabaikan sehingga berdampak pada harga-harga pangan saat ini.

"Pak Wapres sebenarnya ingatkan soal kepatuhan pada perencanaan yang telah ditetapkan. Kita kumpul untuk perhitungan tahun berikutnya, berapa ton gula, berapa sapi, berapa beras, dilakukan perhitungan.‎ Kita harus taat dalam pelaksanaannya," kata dia.

Thomas juga memastikan, pemerintah tetap memil‎iki target untuk mencapai swasembada daging sapi. Namun, untuk mencapai target tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Langkah impor ini menjadi solusi jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

‎"Kalau menurut saya, kita swasembada pangan itu hasil di akhir ketika produksinya sudah mencukupi, tidak perlu impor, tapi tidak bisa instan.‎ Presiden memberikan instruksi harga daging harus turun. Kami mencari solusi kalau mau cepat harus impor daging beku," tandas dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya