Asal Konsisten, RI Bisa Swasembada Daging dalam 10 Tahun

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Peternakan Sapi PT Karya Anugerah Rumpin, di Bogor, Jawa Barat.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 21 Jun 2016, 12:59 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2016, 12:59 WIB
Swasembada Daging
pengembangan peternakan sapi di Indonesia saat ini akan melibatkan kerjasama lintas kementerian dan lembaga dan juga peneliti.

Liputan6.com, Bogor - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau Peternakan Sapi PT Karya Anugerah Rumpin, di Bogor, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu, Jokowi menegaskan Indonesia bisa swasembada daging asal konsisten dengan yang sudah dilakukan saat ini.

"Dalam sebuah program jangka panjang yang kita harapkan nantinya kita betul-betul dapat swasembada daging sapi sendiri. Dari hitungan yang kita lakukan, itu akan selesai 9-10 tahun," kata Jokowi, Selasa (21/6/2016).

"Semuanya sudah berada pada rel yang betul. Hanya perlu konsistensi terus, jangan berhenti," tambah dia.

Jokowi menjelaskan pengembangan peternakan sapi di Indonesia saat ini akan melibatkan kerjasama lintas kementerian dan lembaga dan juga peneliti. Hal ini untuk menjamin kualitas dari sapi itu sendiri. Kemudian, para industri dan petani yang terlibat akan diterapkan manajemen pengawasan dan pendampingan.

"Kita tidak mungkin lagi bagi-bagi sapi ke petani tanpa manajemen pengawasan dan pendampingan. Gagal kalau seperti itu diulang. Kita harus pakai pola seperti ini. Jadi diberikan kepada petani tapi ada yang mendampingi. Paling penting di situ," tutur mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Jokowi menjelaskan dalam upaya menuju swasembada daging, pemerintah masih akan memberlakukan kebijakan impor. Tanpa itu, kebutuhan akan daging akan susah terpenuhi.‎

"Kalau tidak impor, justru induk-induk sapi betina, karena harga daging tinggi akan disembelih. Ini yang bahaya juga," tegas Jokowi.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir sebelumnya mengatakan pihaknya memiliki riset penggemukan sapi lokal yang dapat diterapkan dalam waktu dekat.

"Kalau kita kembangkan betul dan kita aplikasikan, saya yakin dapat mengurangi impor 15-20 persen untuk lima tahun ke depan," kata Menristekdikti Muhammad Nasir, di Kantor Presiden, Jakarta, Senin 20 Juni lalu.‎

Nasir mengatakan pihaknya ingin sapi bali dapat mencapai bobot 500 kilogram per ekor dan sapi Sumba diharapkan bisa mencapai 700 kilogram sampai satu ton per ekor. Sementara, rata-rata sapi lokal pada umumnya hanya berbobot 250 kilogram per ekor.

"(Riset ini) di‎mulai sejak 2010. Sekarang 2016 sudah bisa dialirkan ke masyarakat. Kami sudah denplot ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi. Papua belum. Yang sudah kami kembangkan di Makassar yang paling besar," tegas Nasir.‎

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya