Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mendorong pemerintah mengembangkan thorium sebagai sumber energi baru pengganti listrik. Krisis listrik menjadi persoalan energi dalam negeri yang masih terjadi hingga saat ini dan pemerintah dinilai perlu mencari alternatif lain.
Anggota KEIN Zulnahar Usman mengatakan, pihaknya terus mendorong pemerintah untuk mengembangkan thorium sebagai satu upaya mengatasi krisis listrik di Indonesia.
Sebagai energi baru, thorium memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan tenaga listrik. Keunggulan dimaksud, yaitu lebih murah, bahan baku yang mudah dan banyak ditemukan serta reaktor yang dapat dibuat putra terbaik Indonesia.
Baca Juga
Baca Juga
Menurut dia, jika thorium jadi dikembangkan, bisa menjadi energi yang murah karena harganya hanya sekitar US$ 6 sen per kwh.
"Kalau target thorium ini 20 ribu mw per tahun, maka dalam lima tahun kita bisa memiliki energi hingga 100 ribu mw. Karenanya ini sedang kami dorong terus, sebab ini bisa menjadi altternatif energi murah," kata dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (24/6/2016).
Sebab itu, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) ini diharapkan bisa segera dilakukan oleh pemerintah. Nantinya program ini dapat diperkuat melalui Keputusan Presiden (Keppres).
Menteri Perindustrian Saleh Husin sebelumnya mengatakan, PLTN thorium lebih efisien dibanding batu bara dan uranium sekalipun. Kalkulasinya, untuk menghasilkan 1.000 megawatt (MW) atau 1 gigawatt per tahun diperlukan batu bara sebesar 3,5 juta-4 juta ton. Sedangkan untuk uranium setidaknya sebesar 200 ton-250 ton. Namun thorium, bisa lebih hemat lagi.
Advertisement
Thorium sering disebut sebagai nuklir hijau. Berdasarkan situs Dewan Energi Nasional, Thorium merupakan bahan bakar nuklir yang lebih unggul dari uranium di hampir semua aspek. (Ekarina/nrm)