Konsumsi BBM Meningkat Saat Mudik, Berapa Keuntungan Pertamina?

Lonjakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada musim mudik hari Raya Idul Fitri tahun ini cukup tinggi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Jul 2016, 13:00 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2016, 13:00 WIB
BBM Pertamina
Lonjakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada musim mudik hari Raya Idul Fitri tahun ini cukup tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada musim mudik hari Raya Idul Fitri tahun ini cukup tinggi. Khusus untuk Pertamax dan Pertalite, lonjakan konsumsi bahkan mampu di atas 100 persen per hari. Apakah lonjakan konsumsi BBM di mudik ini berpengaruh kepada pendapatan perusahaan BUMN tersebut? Berikut penurutan Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang.

Menurut Bambang, kenaikan konsumsi BBM memberikan berkah tersendiri pada Pertamina di tahun ini. Apalagi lonjakan konsumsi terjadi pada BBM non subsidi. Dengan ada lonjakan ini akan mengurangi kerugian karena tidak ada penyesuaian harga BBM jenis Premium dan solar bersubsidi dalam beberapa bulan terakhir. 

"Jadi lonjakan konsumsi ini artinya satu bagi Pertamina. Lonjakan konsumsi ini bisa mengurangi risiko perusahaan untuk rugi," kata Bambang, seperti yang dikutip di Jakarta, Rabu (6/7/2016).

Jika harga Premium mengikuti harga pasar, secara normal harganya hanya berbeda Rp 200 per liter. Namun saat ini terdapat perbedaan yang cukup jauh antara Premium dan Pertamax.

Bambang mengungkapkan, Pertamina hanya mengambil untung sebesar 5 hingga 10 persen dari penjualan Pertamax dan Pertalite. Sementara untuk Premium, Pertamina tidak boleh mengambil kelebihan Rp 100 per liter.

"Di Pertalite kan kami boleh ambil profit 5 persen hingga 10 persen, termasuk juga Pertamax. Nah, kalau Premium itu penugasan, tidak boleh ambil untung," tutur Bambang.

Berdasarkan catatan Pertamina konsumsi BBM untuk Pertamax dan Pertalite lonjakan, realisasi penyaluran yang pada 2 Juli lalu penyaluran kedua bahan bakar non subsidi tersebut mencapai sekitar 30.800 Kilo Liter (KL).

Pada periode tersebut, konsumsi Pertalite mencapai sekitar 14.900, atau 208 persen dari rata-rata penyaluran harian normal sekitar 7.150 KL. Rata-rata konsumsi Pertalite hingga hari kesebelas masa satgas adalah sekitar 11.130 KL per hari atau 156 persen dari rata-rata penyaluran harian normal.

Adapun, penyaluran Pertamax mencapai sekitar 15.900 KL atau 157 persen dari rata-rata penyaluran harian normal. Rata-rata penyaluran Pertamax sejak awal masa satgas 21 Juni 2016 adalah 12.530 KL atau 124 persen dari rata-rata harian normal.‎

Tren peningkatan konsumsi Pertalite dan Pertamax merata terjadi di beberapa daerah. Seperti di Jawa Tengah, Pertalite realisasinya mencapai 248 persen dari rata-rata penyaluran harian normal menjadi 1.784 KL. Adapun Pertamax, naik menjadi 198 persen dari rata-rata penyaluran harian normal menjadi 3.609 KL.

Sementara itu, penyaluran BBM Premium pada hari yang sama mencapai 67.475 KL atau hanya 93 persen dari rata-rata penyaluran harian normal, sedangkan dengan rata-rata penyaluran mencapai sekitar 60.300 KL per hari dalam sebelas hari pertama masa Satgas atau 83 persen dari rata-rata penyaluran harian normal.

Untuk Solar bersubsidi juga mengalami tren lebih rendah dari rata-rata penyaluran harian normal 2016, dimana rata-rata realisasi penyaluran hingga masa Satgas ke-11 mencapai sekitar 33.500 KL per hari atau 95 persen dari penyaluran normalnya.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya