Khawatir Persediaan Kembali Berlimpah, Harga Minyak Tertekan

Harga minyak AS untuk pengiriman September turun 55 sen atau 1,4 persen ke level US$ 39,51 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Agu 2016, 05:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2016, 05:00 WIB
Harga minyak AS untuk pengiriman September turun 55 sen atau 1,4 persen ke level US$ 39,51 per barel.
Harga minyak AS untuk pengiriman September turun 55 sen atau 1,4 persen ke level US$ 39,51 per barel.

Liputan6.com, New York - Harga minyak terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelaku pasar lebih memilih untuk menunggu data persediaan minyak mentah dan minyak olahan yang dikeluarkan oleh Departemen Energi Amerika Serikat (AS) sebelum melakukan transaksi yang lebih dalam. 

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (3/8/2016), harga minyak AS untuk pengiriman September turun 55 sen atau 1,4 persen ke level US$ 39,51 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan harga dunia, untuk kontrak September turun 34 sen atau 0,8 persen ke level US$ 41,80 per barel.

Harga minyak AS di pasar terus tertekan dan berada di bawah US$ 40,98 sejak Senin lalu. Penurunan harga minyak AS mencapai lebih dari 20 persen jika dihitung sejak awal Juni. Harga minyak memang terus tertekan dalam dua tahun terakhir. Pada 2014 lalu, harga minyak berada di kisaran US$ 100 per barel dan terus turun hingga saat ini. 

Untuk perdagangan Selasa ini, harga minyak AS sebenarnya sempat melonjak di awal perdagangan karena para pelaku pasar memburu minyak di saat harga sedang rendah. Namun di tengah perjalanan harga minyak kembali tertekan karena pelaku pasar lebih memilih untuk menunggu keluarnya data persediaan.

"Ini hanya gangguan sesaat sebelum keluarnya data persediaan saja," jelas broker ICAP PLC, Scott Shelton. Ia melanjutkan, setelah data keluar para pelaku pasar lebih yakin untuk melakukan transaksi. Jika persediaan menurun maka harga bisa melonjak. Sebaliknya, jika persediaan berlimpah maka harga langsung tertekan. 

Berdasarkan survei Wall Street Journal, para analis, broker dan juga pedagang menyatakan bahwa stok minyak mentah di AS akan turun 900 ribu barel. Sedangkan stok minyak olahan atau bensin turun 200 ribu barel. Untuk penggunaan kilang diperkirakan tidak berubah.

Sedangkan dalam data The American Petroleum Institute, kelompok produsen minyak di AS, persediaan minyak mentah mengalami penurunan yang cukup besar yaitu mencapai 1,3 juta barel. Sedangkan untuk harga minyak olahan mengalami penurunan ak jauh dari yang diperkirakan para analis yaitu 450 ribu barel. (Gdn/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya