Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan untuk mencapai target listrik dari energi panas bumi sebesar 7 ribu Mega Watt (MW) pada 2025 bukan hal yang sulit.
Candra mengatakan, Indonesia memiliki banyak sumber energi panas bumi. Potensi yang dimiliki mencapai 29 ribu Mega Watt (MW). Sedangkan yang baru termanfaatkan hanya 5 persen atau 1494 MW.
Sementara pemerintah memiliki target porsi Energi Baru Terbarukan dalam bauran energi sebesar 23 persen pada 2025, untuk mencapai porsi tersebut energi panas bumi berperan sebesar 7 ribu MW.
Advertisement
Baca Juga
"Porsi Energi Baru Terbarukan ditargetkan 23 persen dalam 2025. Salah satu potensial dikembangkan itu dari panas bumi. Pada road map, panas bumi ditargetkan 7 ribu MW pada 2025," kata Candra di Jakarta, Rabu (10/8/2016).
‎Menurut dia, dengan potensi energi panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai 29 ribu MW, untuk mencapai target 7 ribu MW merupakan hal yang sulit. ‎"Instal kapasitas sebesar 7 ribu MW sebenarnya bukan hal sulit, mengingat dianugerahi potensi panas bumi sangat besar sekitar 29 ribu MW," tutur dia.
Untuk mendorong pencapaian tersebut, pemerintah akan berusaha mengatasi hambatan pengembangan energi panas bumi, seperti pembebasan lahan.‎
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan tiga terobosan, penugasan peningkatan panas bumi ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan tujuan agar Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) bisa segera dikembangkan.
Terobosan berikutnya penyusunan harga panas bumi dengan tarif tetap dan ketiga, penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi dan pemerintah membuka peluang pengembang untuk melakukan eksplorasi.
Sedangkan Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia Abadi Purnomo menyatakan,‎ target listrik dari panas bumi 7 ribu MW ini merupakan target yang ambisius, karena hingga saat ini total kapasitas panas bumi ialah 1493.5 MW. Artinya masih ada kekurangan sebesar 5500 MW yang harus didapatkan dalam kurun waktu 10 tahun (atau 550 MW per tahun).
"Tentu saja target yang besar ini memerlukan investasi yang sangat besar, yaitu US$ 4-5 juta per MW," tutup Abadi.(Pew/Nrm)