Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang masih bertanya-tanya, apakah sayuran hijau menyebabkan asam urat? Pertanyaan ini sering muncul karena sayuran hijau mengandung purin, senyawa yang diubah tubuh menjadi asam urat.
Namun, kata Dokter spesialis gizi klinik, dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, konsumsi sayuran hijau tidak otomatis memicu penyakit asam urat. Dia menjelaskan bahwa kadar asam urat tinggi dalam darah (hiperurisemia) merupakan penyebab utama penyakit ini.
Baca Juga
Hiperurisemia sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetika dan pola makan. Konsumsi sayuran hijau dalam jumlah berlebihan memang berpotensi meningkatkan kadar asam urat, tetapi dalam porsi yang wajar, justru memberikan manfaat kesehatan karena kaya akan vitamin dan mineral penting.
Advertisement
Sayuran Hijau dan Asam Urat: Apa Kata Dokter?
Penting untuk diingat bahwa setiap individu bereaksi berbeda terhadap makanan. Apa yang memicu asam urat pada seseorang, belum tentu berdampak sama pada orang lain. Oleh karena itu, penderita asam urat perlu memperhatikan pola makan dan mengidentifikasi makanan yang memicu gejala. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat disarankan untuk mendapatkan rencana diet yang sesuai.
Advertisement
Penderita Asam Urat Harus Diet Apa?
Menurut dr. Mulianah Daya, diet untuk penderita asam urat bersifat personal. "Diet itu sifatnya personalized karena disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Contohnya, diet asam urat otomatis ada makanan-makanan tertentu yang biasanya kita batasi atau hindari," katanya kepada Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan belum lama ini.
Makanan tinggi purin adalah pemicu utama peningkatan kadar asam urat. "Makanan tinggi purin itu, contohnya yang number one adalah jeroan, seperti hati dan ampela. Kemudian, seafood seperti kerang, udang, cumi, dan kepiting. Ikan boleh dikonsumsi, tetapi tetap dalam batas wajar," ujarnya.
Konsumsi daging merah juga sebaiknya dibatasi. "Bukan berarti tidak boleh makan daging merah, tetapi sebaiknya 80 persen dari total konsumsi daging dalam seminggu berasal dari daging putih, dan hanya 20 persen dari daging merah," tambahnya. Pola ini penting untuk menjaga keseimbangan kadar asam urat dalam tubuh.
Selain itu, dr. Mulianah juga menyarankan untuk menghindari makanan dan minuman fermentasi serta produk kemasan yang mengandung pemanis buatan, seperti fruktosa.
"Produk kemasan sering kali mengandung pemanis buatan seperti fruktosa, yang bukan hanya menaikkan gula darah, tetapi juga kadar asam urat dalam tubuh," katanya.
Apakah Sayuran Hijau Benar-Benar Harus Dihindari?
Menjawab pertanyaan utama, dr. Mulianah menegaskan bahwa anggapan sayuran hijau menyebabkan asam urat adalah tidak benar. "Jawabannya tidak, ya. Sayur hijau boleh dimakan. Tapi yang lebih dihindari adalah jenis kacang-kacangan dan jamur untuk penderita asam urat," ujarnya.
Oleh karena itu, konsumsi sayuran hijau tetap aman, asalkan tidak berlebihan. Selain menjaga pola makan, dr. Mulianah juga menekankan pentingnya mencukupi asupan air putih.
"Sering kali pasien asam urat kurang minum air. Padahal, asam urat itu seperti racun yang harus dikeluarkan dari tubuh, baik melalui keringat maupun urine. Jika minumnya kurang, asam urat tidak terlarut dan bisa mengendap dalam tubuh," tambahnya.
Cukup minum air putih sangat penting untuk membantu tubuh mengeluarkan kelebihan asam urat.
Kunci utama dalam mengelola asam urat adalah menghindari makanan tinggi purin, membatasi konsumsi daging merah, menghindari makanan fermentasi serta pemanis buatan, dan memastikan cukup asupan air putih.
Kata ahli, sayuran hijau tidak menyebabkan peningkatan kadar asam urat selama dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang. Dengan pola makan yang tepat, penderita asam urat tetap bisa menikmati manfaat sayuran hijau tanpa khawatir.
Advertisement
