Rupiah Kembali Tertekan ke Level 13.113 per Dolar AS

Dolar AS memang menguat karena ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Agu 2016, 12:34 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2016, 12:34 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Jumat pekan ini. Dolar AS memang menguat karena ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).

Mengutip Bloomberg, Jumat (12/8/2016), rupiah dibuka di angka 12.113 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.103 per dolar AS.

Sejak pagi tadi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.103 per dolar AS hingga 13.125 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih menguat 4,87 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di level 13.120 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang tercatat 13.113 per dolar AS.

Nilai tukar dolar AS memang menguat jika dibandingkan dengan beberapa mata uang negara berkembang. Hal tersebut terjadi karena adanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dengan membaiknya data ekonomi yang ada.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran mengalami penurunan menjadi 266 ribu orang dari sebelumnya 269 ribu orang.

Dengan membaiknya data tersebut menjadi pendorong rencana kenaikan suku bunga yang akan dibuat oleh Bank Sentral AS sebelum akhir tahun ini.

"Membaiknya data itu mendorong pelaku pasar untuk memburu saham-saham di AS dan mendorong kenaikan nilai tukar dolar AS," jelas analis CMC Markets Sydney, Australia, Michael McCarthy.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan, pelaku pasar sedang menunggu data neraca transaksi berjalan kuartal II 2016. Diperkirakan masih akan defisit walaupun hanya tipis. "Rupiah berpeluang menguat hari ini melihat harga komoditas yang mulai pulih," kata Rangga. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya