Wapres JK: Harga Rokok Naik Tak Rugikan Petani

Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan, tingginya harga cukai rokok tidak akan berpengaruh pada petani tembakau lokal.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 22 Agu 2016, 19:48 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2016, 19:48 WIB
Wapres JK Buka Munas Masyarakat Ketenagalistrikan di PLN
Wapres Jusuf Kalla. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla memastikan, tingginya harga cukai rokok tidak akan berpengaruh pada petani tembakau lokal. Justru, akan menguntungkan petani karena harga jual yang tinggi.

"Tidak merugikan petani justru akan diuntungkan karena harga tembakau akan naik," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (22/8/2016).

Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Menurut JK, saat ini suplai tembakau untuk industri rokok di Indonesia juga masih mengandalkan impor. Angka impor inilah yang akan dikurangi.

"40 persen tembakau masih diimpor, 40 persen. Artinya kalau kita mengurangi rokok yang dikurangi dulu yang diimpor ini," pungkas dia.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno mengatakan, para tengkulak tersebut menakuti petani dengan menyatakan hasil tembakaunya tidak akan diserap oleh industri. Hal ini karena harga produk rokok yang naik akan membuat industri menurunkan kapasitas produksinya.

Ancaman dari para tengkulak ini diterima oleh para petani tembakau di Pamekasan dan Sumenep, Madura. Soeseno mendapat laporan, para tengkulak memanfaatkan isu kenaikan harga rokok Rp 50 ribu ini untuk menekan harga beli tembakau milik petani.

"Di Pamekasan harga tembakau ditawar tengkulak Rp 18 ribu per kilogram, sementara di Sumenep ditawar Rp 19.500 per kilogram. Padahal rata-rata harga tembakau Perancak 95 mencapai Rp 40 ribu per kilogram. Pernah juga di 2010 harga tembakau jenis ini mencapai Rp 60 ribu per kilogram," kata dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya