RI-Vietnam Jajaki Kerja Sama Bidang Teknologi Pertanian

Industri alat dan mesin pertanian di Indonesia tumbuh 261 persen pada 2015 dengan nilai US$ 26,6 juta.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Agu 2016, 14:29 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2016, 14:29 WIB
Industri alat dan mesin pertanian di Indonesia tumbuh 261 persen pada 2015 dengan nilai US$ 26,6 juta.
Industri alat dan mesin pertanian di Indonesia tumbuh 261 persen pada 2015 dengan nilai US$ 26,6 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto jajaki peningkatan kerja sama Indonesia dengan Vietnam dalam sektor industri.‎ Penjajakan ini dicapai usai Airlangga bertemu dengan Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Vietnam Nguyen Cam Tu yang membawa delegasi VEAM Corp di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kamis 25 Agustus 2016.

Airlangga menjelaskan, VEAM Corp merupakan BUMN di bawah Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam yang bergerak di bidang manufaktur, permesian dan alat pertanian, truk dan bis, serta komponen.

Dia menyatakan, ‎Indonesia akan membuka peluang kerja sama industri dengan Vietnam, khususnya pada pengembangan teknologi. “Hal ini didukung oleh fasilitas riset di sektor agro dan permesinan yang dimiliki balai-balai di bawah Kementerian Perindustrian," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (26/8/2016).

‎Kerja sama kedua negara akan difokuskan pada industri permesinan yang berbasis di sektor pertanian. Alasannya, beberapa perusahaan di Indonesia sudah menguasai teknologi baik pra panen dan pasca panen.

“Indonesia juga menguasai teknologi pengolahan agrikultur untuk produk-produk seperti kakao, CPO, karet dan hortikultura. Di Indonesia ada asosiasi alat Mesin Pertanian Indonesia (alsintan) yang memiliki sebanyak 30 anggota," kata dia.

Menurut Airlangga, industri alat mesin pertanian (alsintan) di Indonesia telah memiliki kemampuan memproduksi traktor tangan, traktor kecil hingga sedang, pompa irigasi, mesin bajak yang digunakan untuk tahap pra panen.

“Sedangkan untuk pascapanen seperti mesin pengering. Namun baru 35 persen produk alsintan di Indonesia yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri," ungkap dia.

Kemenperin mencatat, industri alsintan Indonesia tumbuh 261 persen pada 2015 dengan nilai US$ 26,6 juta. Tujuan ekspor utamanya ke Nigeria, Malaysia, Amerika Serikat, Filipina, Venezuela and Timor Leste. Di sisi lain, Indonesia mengimpor untuk produk-produk alsintan sebesar US$ 45.3 juta pada 2015.

Dengan adanya kerja sama ini, Airlangga berharap akan berdampak pada peningkatan neraca perdagangan kedua negara, dari US$ 6 miliar pada 2015 menjadi US$ 10 miliar pada 2018.

"Indonesia dan Vietnam punya kemiripan industri dan kemiripan pangsa ekspor, jadi sebaiknya saling melengkapi. Ekspor Indonesia ke Vietnam diantaranya produk kimia, permesinan, komponen elektronika, dan komponen mesin. Sedangkan impor dari Vietnam, antara lain tekstil, beras, alas kaki dan karet untuk kebutuhan industri," tandas dia. (Dny/Gd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya