Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mengakui sumber gas yang berasal dari sumur gas di Indonesia kian berkurang. Karena itu perlu dilakukan perubahan kemasan gas agar masyarakat tetap bisa mengkonsumsi gas.
Wakil Kepala SKK Migas Zikrullah mengatakan, berkurangnya produksi gas harus disiasati dengan perubahan pola pengiriman gas. Lantaran sumber gas dengan letak konsumen bisa saja tidak sedekat sebelumnya.
"Seperti kita ketahui ke depan sumber gas semakin berkurang dan sulit,"Â kata Zikrullah, dalam acara, The 6th International Indonesia Gas Infrastructure Confrence & Exhibition, di Jakarta, Selasa (30/8/2016).
Zikrullah mengungkapkan, perubahan pola tersebut yaitu biasanya gas alam langsung dialirkan menggunakan pipa dari sumur ke konsumen, kemudian harus diubah terlebih dahulu menjadi ‎gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG)‎, agar memudahkan distribusi ke wilayah yang jauh dari sumber sumur gasnya.
Baca Juga
"Oleh karena itu, pemanfaatan gas akan berpindah dari gas pipa ke LNG. Dengan perpindahan pemanfaatan yang ada, ini membutuhkan infrastruktur yang lebih untuk gas," tutur‎ Zikrullah.
Zikrullah menuturkan, cara tersebut juga bisa digunakan untuk memasok kebutuhan gas ‎masyarakat dan pembangkit listrik yang berada di wilayah terpencil.
"Selain itu bahwa pemanfaatan gas ke depan bukan hanya menyambungkan ke sumber gas tapi virtual pipeline. Sehingga gas dinikmati saudara kita di remote area. Sehingga optimalisasi gas," lanjut Zikrullah.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan pembangunan infrastruktur, di antaranya kapal pembawa LNG‎, fasilitas proses gas,dan regasifikasi.
"Sekarang ada teknologi yang bawa LNG dalam small scale, seperti pakai iso tank, sehingga dapat dibawa LNG dengan berbentuk container. Sehingga pendistrbusiannya lebih merata. Ini juga dapat memenuhi kebutuhan tenaga listrik listrik di remote area. Sehingga pemanfaatan gas lebih optimal," ujar dia. (Pew/Ahm)
Advertisement