Liputan6.com, New York - Harga minyak bergerak melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pertemuan negara-negara eksportir minyak (OPEC) tak bisa mendorong kenaikan harga minyak.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (5/10/2016), harga minyak mentah AS untuk pengiriman November turun 20 sen atau 0,4 persen ke angka US$ 48,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, juga turun 4 sen atau 0,1 persen ke level US$ 50,85 per barel di ICE Futures Europe.
Sebelumnya, harga minyak bergerak menguat setelah adanya keputusan tentatif dari OPEC untuk memotong produksi minyak antara 23,5 juta barel per hari hingga 33 juta barel per hari. Keputusan tersebut mendorong kenaikan harga tetapi cukup tipis.
Advertisement
Sayangnya, banyak pelaku pasar meragukan realisasi dari kesepakatan tersebut. Beberapa analis skeptis Arab Saudi sebagai pemimpin de fakto OPEC tak bisa menjalankan kesepakatan tersebut dengan alasan akan menurunkan standar hidup kelas menengah di negara tersebut karena pendapatan dari minyak bakal turun.
Analis First Standard Financial Peter Cardillo menjelaskan, faktor politik selalu menjadi masalah yang utama bagi negara produsen minyak di Timur Tengah. "Kami melihat rencana pengurangan produksi ini akan masuk ke ranah politik dan tidak bisa dianggap enteng," jelas dia.
Gerak harga minyak pada perdagangan Selasa ini berkebalikan dengan perdagangan sehari sebelumnya yang naik ke posisi tertinggi dalam tiga bulan seiring optimisme baru dari kesepakatan produksi negara-negara anggota OPEC.
Analis Pasar Senior Price Futures Group di Chicago Phil Flynn mengatakan, untuk pertama kalinya dalam hampir 8 tahun kartel telah sepakat untuk membatasi produksi. "Kita akan melihat kartel sekali lagi memiliki kemampuan untuk memanipulasi harga dengan menahan pasokan," tambah dia. (Gdn/Ndw)