Perlu Perhitungan Matang Harga Gas agar Negara Tak Rugi

Ketua Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi menyebutkan penurunan harga gas dapat dilakukan bertahap.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Okt 2016, 12:11 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2016, 12:11 WIB
Ketua Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi menyebutkan penurunan harga gas juga dapat dilakukan bertahap.
Ketua Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi menyebutkan penurunan harga gas juga dapat dilakukan bertahap.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah sedang mencari cara untuk menurunkan harga gas pada konsumen. Salah satu pilihannya adalah mengurangi bagian negara dari proses jual beli gas dari mulut sumur gas.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden (Wapres) Sofyan Wanandi mengatakan, proses perhitungan pemangkasan bagian ‎negara dari kegiatan jual beli gas harus matang, agar negara tidak mengalami kerugian. "Ya itu dicarikan kompromi supaya juga tidak rugi," kata Sofyan, di Jakarta, Selasa (11/10/2016).

Sofyan menuturkan, penurunan harga gas di bawah US$ 6 per MMBTU seperti yang diinginkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak harus dilakukan ‎sekaligus, tetapi dilakukan dengan bertahap. Penurunannya pun tak harus dilakukan tahun depan.

"Jadi harganya itu US$ 6 bertahap. Dan belum tentu mesti tahun ini juga," ucap dia.

Sofyan mengatakan, harga gas memang harus diturunkan, mengikuti  harga di pasar internasional. Namun, metode dan besaran penurunan harus dikaji dengan detail.

‎"Ya itu hitung-hitungan, masalahnya ini harga gas itu yang investornya jauh-jauh logistiknya. Kalau harganya depresiasi, ya kita mesti ikuti turun. Kita harus lihat cost," tuturSofyan.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja menyebutkan pilihan  untuk menekan harga gas di tingkat konsumen adalah melakukan efisiensi pada usaha hulu, dengan memangkas biaya operasi, dan bagian‎ negara.

Sementara pada sisi penyaluran sedang dikaji penetapan formula harga gas baru, dan penertiban penjual gas berlapis.

"Itu sedang kita kalkulasi, kita bahas bersama. Opsi-opsi itu mesti kita hitung. Bisa nurunin," tutur Wiratmaja. (Pew/Ahm)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya