Liputan6.com, New York - Harga minyak menetap lebih rendah 2 persen terpicu penguatan dolar yang mendorong investor untuk mengambil keuntungan, usai harga minyak AS reli ke posisi tertinggi dalam 15 bulan pada hari sebelumnya.
Melansir laman Reuters, patokan minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember turun US$ 1,29 atau 2,5 persen menjadi US$ 51,38 per barel.
Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November turun US$ 1,17 atau 2,3 persen, menjadi US$ 50,43 per barel.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan kontrak WTI untuk Desember meluncur US$ 1,19 ke posisi US$ 50,63 per barel.
Dolar mencapai level tertinggi dalam 7 bulan terhadap sekeranjang mata uang lainnya dan posisi tertinggi dalam 3 bulan terhadap euro.
Ini setelah Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunganya dan data AS menunjukkan penjualan rumah naik pada bulan September.
Pada hari sebelumnya, minyak reli setelah pemerintah AS melaporkan penarikan tak terduga lebih dari 5 juta barel dalam stok minyak mentah mingguan yang mendorong harga kontrak WTI pada November ke posisi tertinggi dalam 15 bulan di US$ 51,93 per barel.
"Ini didominasi terdorong kekuatan dolar," ujar Matt Smith, Direktur Riset Komoditas New York ClipperData.
Beberapa pelaku pasar mencatat meskipun terjadi pengurangan minyak mentah, EIA juga melaporkan adanya stok tak terduga sebesar 2,5 juta barel.
"Kemudian adanya skeptisisme tentang rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk membatasi produksi," kata Tariq Zahir, Pedagang Tyche Capital Advisors di New York.
Meskipun turun, harga minyak pada hari ini masih naik sekitar 13 persen sejak OPEC mengumumkan 27 September sebagai hari pertama pemotongan stok minyak usai 8 tahun, untuk mengendalikan pasokan global.
Harga minyak anjlok hingga setengahnya dari posisi tertinggi di atas US$ 100 per barel pada pertengahan 2014.