Pertamina Jamin Pasokan BBM ke Wilayah Konflik

Daerah rawan konflik juga menjadi perhatian Pertamina untuk memasok BBM dengan harga sama seperti wilayah lain.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Okt 2016, 20:11 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2016, 20:11 WIB
Distribusi BBM
Distribusi bahan bakar minyak (BBM) di Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) tidak hanya menjamin pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah terluar, terpencil dan terisolir. Jaminan pasokan juga berlaku pada daerah rawan konflik.

Vice Presiden Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, daerah rawan konflik juga menjadi perhatian Pertamina untuk memasok BBM dengan harga sama seperti wilayah lain.

Ini tetap dilakukan meski langkah itu berisiko tinggi, dan tidak ada badan usaha lain yang berminat menjual BBM.

"Kayak di Poso, artinya kan banyak sekali daerah rawan konflik orang tidak mau investasi disana. Tapi Pertamina justru harus masuk kesana," kata Wianda, di Jakarta, Minggu (23/10/2016).

‎Wianda mengungkapkan, langkah Pertamina tersebut  untuk memberi rasa keadilan bagi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab seluruh masyarakat Indonesia membutuhkan BBM untuk menjalankan aktifitasnya.

Pertamina sebagai kepanjangan tangan pemerintah harus hadir memberikan rasa keadilan. "Karena masyarakat di sana kan juga membutuhkan BBM untuk menjalankan pertumbuhan ekonomi. Jadi kita tidak mau diskriminasi. Semua lokasi di wilayah Indonesia yang kita bisa hitung untuk masuk dan masyarakat disana membutuhkan BBM kita akan masuk ke sana," jelas dia.

Tidak hanya memasok BBM, Pertamina juga membangun infrastruktur di wilayah tersebut. Untuk memas‎ok BBM pada daerah rawan konflik, Pertamina meminta dukungan Pemerintah Daerah dan aparat TNI.

‎"Kan kita bekerjasama, kayak sekarang aja kita kerja sama dengan pemda dan pemprov setempat, aparat kepolisian, aparat TNI, dan itu kan masing-masing daerah ada Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, nanti di level pemda ada lagi," tutup Wianda.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya