Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Direktorat ‎Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) meraup dana segar Rp 19,69 triliun dari hasil penjualan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 013. Jumlah ini kurang dari target pemerintah yang ditetapkan sebesar Rp 20 triliun.
Dari data DJPPR di Jakarta, Kamis (27/10/2016), setelah melalui masa penawaran 29 September sampai 20 Oktober 2016, Dirjen PPR atas nama Menteri Keuangan melaksanakan penjajahan ORI013 lewat 24 agen penjual, terdiri dari 18 bank dan 6 perusahaan sekuritas.
Total volume pemesanan pembelian ORI013 ditutup Rp 19,85 triliun. Akan tetapi sesuai UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, ‎Dirjen PPR atas nama Menkeu menetapkan hasil penjualan dan penjajahan ORI sebesar Rp 19,69 triliun.
Baca Juga
Sayangnya, realisasi penjualan ORI013 di bawah target yang sebelumnya dipatok Rp 20 triliun. Bahkan pemerintah pede indikasi permintaan mencapai Rp 25 triliun. "Realisasi ORI013 cukup happy. Jumlah Rp 19,69 triliun sudah banyak itu. Jangan dilihat kosongnya," ujar Dirjen PPR, Robert Pakpahan.
Penjualan ORI013 dengan tingkat kupon 6,60 persen per tahun ditetapkan tanggal jatuh tempo 15 Oktober 2019. Pembayaran kupon setiap tanggal 15 setiap bulan. Pembayaran kupon pertama kali 15 November 2016 dan ada holding period dua period pembayaran kupon, serta dapat dipindahbukukan pada 15 Desember 2016.
Advertisement
Pemesanan ORI 013
Penjualan ORI013 dipesan 34.331 investor di seluruh provinsi di Indonesia. Sementara investor baru yang tercatat 17.323 investor. Adapun profil pemesan ORI013, antara lain :
1. Jumlah pemesan terbesar pada kisaran Rp 100 juta sampai Rp 500 juta (40,3 persen)
2. Jumlah pemesan di wilayah DKI Jakarta mencapai 34,4 persen dari total jumlah pemesanan, sedangkan wilayah Indonesia Bagian Barat selain DKI mencapai 57,9 persen, dan di wilayah Bagian Tengah dan Timur sebesar 7,6 persen
3. Berdasarkan kelompok umur, jumlah pemesanan terbesar berada pada kelompok usia di atas 40 tahun, yakni mencapai 74,04 persen dari total jumlah pemesan, dengan volume pemesanan sebesar Rp 15,73 triliun (79,89 persen) dari total volume pemesanan
4. Jumlah pemesan berdasarkan kelompok profesi, tertinggi pegawai swasta sebesar 24,88 persen, wiraswasta 22,90 persen, Ibu Rumah Tangga 11,33 persen, dan lainnya ‎17,15 persen.
"ORI013 ini dicatatkan di BEI pada 27 Oktober 2016, tapi karena ada ketentuan holding period, maka pemindahbukuan ORI013 baru dapat dilakukan setelah pembayaran kupon kedua pada 15 Desember 2016," kata Robert Pakpahan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Robert mengungkapkan, target volume penawaran ORI013 sebesar Rp 20 triliun. Namun target tersebut terbuka untuk ditambah guna memenuhi tingginya permintaan surat utang negara ini yang sudah diperkirakan 24 agen penjual.
"Targetnya menerbitkan sebesar Rp 20 triliun untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, tapi indikasi permintaan dari 24 agen penjual mencapai Rp 25 triliun. Jadi target itu bisa di upsize, tapi sedikit saja masih diperkenankan," kata Robert.
Berikut 24 agen penjual ORI013, yakni Citibank, N.A, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT OCbC NISP Tbk.
Ada pula PT Bank Panin Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk, Standard Chartered Bank, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd, PT Danareksa Sekuritas, PT Indo Premier Securities, PT Mega Capital Indonesia, PT MNC Securities, PT Sucorinvest Central Gani, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Advertisement