Jualan ORI Seri 013, Kemenkeu Bidik Rp 20 Triliun

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menargetkan penjualan Obligasi Ritel Indonesia

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Sep 2016, 11:50 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2016, 11:50 WIB
Tingkat Utang RI Paling Rendah di Asia
Dari hasil riset HSBC menyebutkan, Singapura menjadi negara dengan tingkat utang tertinggi, yaitu mencapai 450 persen terhadap PDB.

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menargetkan penjualan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 013 sebesar Rp 20 triliun. Perolehan dana segar ini digunakan untuk menutup defisit fiskal yang diperkirakan melebar hingga 2,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016.

Direktur Jenderal PPR, Robert Pakpahan mengungkapkan, target volume penawaran ORI013 sebesar Rp 20 triliun. Namun target tersebut masih fleksibel karena ada potensi tingginya permintaan surat utang negara ini yang sudah diperkirakan 24 agen penjual.

"Targetnya sih menerbitkan sebesar Rp 20 triliun untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, tapi indikasi permintaan dari 24 agen penjual mencapai Rp 25 triliun. Jadi target itu bisa di-upsize, tapi sedikit saja masih diperkenankan," kata Robert usai Peluncuran ORI013 di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Menurutnya, penerbitan ORI013 tahun ini memasuki satu dasawarsa (10 tahun) penerbitan ORI. Lanjut Robert, ORI pertama kali diluncurkan pada 2006 dengan volume Rp 3,28 triliun. Lalu kemudian berkembang dan jumlahnya naik hingga 8- kali lipat pada tahun lalu yang menerbitkan ORI012 senilai Rp 27,44 triliun.

"Volume penerbitan ORI tahun lalu merupakan nominal terbesar dalam sejarah penerbitan ORI. Sehingga total penerbitan ORI dari 001 sampai 012 mencapai Rp 144,13 triliun selama periode 2006-2015," jelas Robert.

Direktur Surat Utang Negara DJPPR, Loto Srianaita Ginting menceritakan sejarah penerbitan ORI yang pernah diluncurkan dua kali dalam setahun, tepatnya di 2007-2008. Itulah sebabnya penerbitan ORI di tahun ke-10 ini bukan ORI seri 010 melainkan 013.

"Saat pertama kali ORI diterbitkan di 2006 sebesar Rp 3,2 triliun, kita kasih kupon 12,05 persen. Itu merupakan imbal hasil tertinggi dalam sejarah," tegasnya.

Lebih jauh Loto menuturkan, maksimum pembelian ORI pun dibatasi dari sebelumnya Rp 5 miliar pada peluncuran seri 002 menjadi Rp 3 miliar pada 2007 hingga sekarang ini. Pembatasan ini dimaksudkan agar lebih banyak investor ritel perorangan yang membeli ORI, selain institusi.

Untuk diketahui, pemerintah telah membuka masa penawaran penjualan ORI013 pada 29 September sampai dengan 20 Oktober 2016. Tanggal jatuh tempo15 Oktober 2019 atau tenor 3 tahun.

"Tingkat kupon ORI013 ditawarkan 6,60 persen. Kupon ini memang lebih rendah dibanding tahun lalu tapi ini sejalan dengan kondisi inflasi yang rendah di tahun ini. Tapi tingkat kupon ini masih positif di atas 3 persen atau lebih tinggi dibanding banyak negara," terang Robert.

Diakui Robert, investor dapat melakukan pemesanan ORI013 paling sedikit Rp 5 juta dan maksimum Rp 3 miliar. Pembayaran kupon akan dilakukan setiap tanggal 15 per bulan, dan pertama kalinya dibayarkan pada 15 November 2016. Tanggal penjathan ditetapkan 24 Oktober 2016 dan tanggal setelmen 26 Oktober ini.

24 agen penjual ORI013, yakni Citibank, N.A, PT Bank ANZ Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT OCbC NISP Tbk.

Ada pula PT Bank Panin Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Tabungan Negara Tbk, Standard Chartered Bank, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd, PT Danareksa Sekuritas, PT Indo Premier Securities, PT Mega Capital Indonesia, PT MNC Securities, PT Sucorinvest Central Gani, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya