Liputan6.com, Jakarta - Setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), hal itu menjadi ancaman bagi ekspor Indonesia melalui rencana kebijakan dagang yang proteksionis, terutama untuk produk teh nasional. AS merupakan salah satu destinasi utama ekspor teh Indonesia selama ini.
"Kebijakan dagang Donald Trump harus kita sikapi dengan hati-hati," ucap Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Dody Edward, Jakarta, Senin (21/11/2016).
Dody menuturkan, ekspor teh Indonesia ke Negeri Paman Sam tercatat senilai US$ 6,3 juta sepanjang 2015. Nilai ekspor teh ke AS dari Indonesia turun menjadi US$ 4,9 juta periode Januari-September 2016 dari sebelumnya di periode sama tahun lalu US$ 5,2 juta.
"Jadi kita perlu melakukan upaya yang komprehensif untuk menaikkan atau menjaga ekspor teh. Karena komoditas ini tidak bisa digantikan. Kita ingin dorong ekspor teh secara berkelanjutan ke AS dan negara lain, supaya tetap bisa bertahan di mancanegara," ujar Dody.
Baca Juga
‎Ke depan, dia berharap Indonesia dapat memasok lebih banyak teh nasional ke luar negeri. Saat ini, Dody mengaku kontribusi ekspor teh Indonesia masih kecil, hanya 6 persen dari total ekspor nasional. Padahal, Indonesia menjadi eksportir nomor 7 terbesar dunia.
Indonesia memasok produk teh ke 10 negara tujuan utama, antara lain Rusia, Malaysia, Pakistan, Australia, Jerman, China, Amerika Serikat (AS), Polandia, Taiwan, dan Inggris.
"Kita ingin bisa ekspor produk teh olahan yang bernilai tambah. Menggenjot ekspor ke negara yang sudah menjadikan teh sebagai gaya hidup, seperti Timur Tengah, Turki, dan negara lain‎ jadi kita perlu meningkatkan promosi lewat pameran maupun pengembangan produk, misalnya dari sisi kemasan sehingga bisa memenuhi selera pasar dunia," kata Dody. (Fik/Ahm)
  Â
Advertisement