Harga Sawit Diprediksi Naik Terpicu Momen Natal dan Tahun Baru

Harga sawit sepanjang Oktober bergerak di kisaran US$ 690 sampai US$ 755 per metrik ton, dengan harga rata-rata sebesar US$ 722 per metrik

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Des 2016, 09:36 WIB
Diterbitkan 15 Des 2016, 09:36 WIB

Liputan6.com, Jakarta Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) naik seiring lonjakan permintaan saat momen Natal dan Tahun Baru 2017.

“Prospek kenaikan harga diperkirakan masih akan terjadi karena jelang hari raya Natal dan Tahun Baru,” ujar Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan seperti dikutip Kamis (15/12/2016).

Gapki memperkirakan harga CPO global sepanjang Desember akan bergerak di kisaran US$ 750—US$ 800 per metrik ton.

Adapun, harga sawit  sepanjang Oktober bergerak di kisaran US$ 690  sampai US$ 755 per metrik ton, dengan harga rata-rata sebesar US$ 722 per metrik ton.

Sementara itu harga sepanjang November bergerak di kisaran US$ 722,5 sampai US$ 780 per metrik ton.

Sementara itu, pemerintah telah menetapkan pengenaan bea keluar nol pada Desember karena harga rata-rata CPO berada di bawah batas bawah aturan pengenaan bea keluar yaitu US$ 750 per metrik ton.

Gapki  juga melaporkan ekspor minyak sawit nasional dan turunannya termasuk biodiesel dan oleochemical meningkat 34 persen pada Oktober dibandingkan dengan September. Ekspor naik dari 1,89 juta ton menjadi 2,54 juta ton.

“Ekspor minyak sawit Indonesia terkerek karena adanya peningkatan permintaan dari hampir semua negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia kecuali Amerika Serikat dan Pakistan,” jelas dia.

Adapun produksi minyak sawit Indonesia naik 6,5 persen menjadi 3,55 juta ton pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya.

Stok minyak sawit Indonesia pada Oktober 2016 tercatat sebanyak 2,18 juta ton. Angka ini menunjukkan kenaikan 0,4 persen dibandingkan September, yang sebesar 2,17 juta ton.

“Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada November diperkirakan mulai menurun karena memasuki seasonal turun,” dia menambahkan.

Menurut dia, ekspor CPO nasional bisa naik karena para pedagang mengambil kesempatan untuk membeli pada saat harga sedang melemah dan mengantisipasi kenaikan harga pada bulan berikutnya, seiring lonjakan permintaan jelang hari raya Natal dan Tahun Baru.

Adapun secara persentase ekspor ke negara-negara Timur Tengah, Afrika dan Bangladesh meningkat sangat signifikan, dimana masing-masing membukukan kenaikan 147 persen, 154 persen dan 117 persen.

Kenaikan yang cukup signifikan secara volume dibukukan negara-negara Uni Eropa yaitu 163,57 ribu ton (naik 75,5 persen) atau dari 216,59 ribu ton pada September terkerek menjadi 380,15 ribu ton pada Oktober.

Kenaikan permintaan juga diikuti China yang membukukan kenaikan 32 persen atau dari 239,42 ribu ton menjadi 316,45 ribu ton dan India mencatatkan kenaikan 32 persen juga yaitu dari 462,23 ribu ton menjadi 608,51 ribu ton.





Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya