Liputan6.com, Tokyo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) beringsut turun pada perdagangan Senin pagi, setelah pada pekan lalu terus perkasa. Pelemahan dolar AS tersebut karena data ekonomi negara tersebut tumbuh lebih lambat dari perkiraan para analis dan ekonomi.
Mengutip Reuters, Senin (30/1/2017), The dollar index yang merupakan indeks nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia turun ke 100,350 pada Senin ini. Pada Kamis pekan lalu, indeks dolar AS tersebut sempat bertengger di angka 100,820.
Nilai tukar Dolar AS juga turun 0,35 persen terhadap yen Jepang menjadi 114,660 yen setelah naik pada Jumat lalu ke 115,380 yen. Sementara itu, nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS naik ke US$ 1,2593.
Advertisement
Data ekonomi yang keluar pada Jumat lalu memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV 2016 berada di angka 1,9 persen. Level tersebut turun cukup jauh jika dibanding dengan kuartal sebelumnya yang ada di angka 3,5 persen.
Baca Juga
Berdasarkan survei Reuters, para analis dan ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan berada di angka 2,2 persen.
"Korelasi antara nilai tukar dolar AS dengan hasil pertumbuhan ekonomi AS masih relatif kuat. Dolar AS terbebani setelah keluarnya data GDP," kata analis mata uang IG Securities, Tokyo, Jepang, Junichi Ishikawa.
"Selain itu, pelemahan dolar AS juga karena adanya kekhawatiran terhadap kebijakan perdagangan Trump," ujar dia.
Presiden AS Donald Trump telah mengeluarkan beberapa kebijakan sesaat setelah dirinya dilantik. Kebijakan pertama adalah mundur dari Trans-Pasific Partnership (TPP).
TPP adalah perjanjian dagang yang dikuasai 40 persen ekonomi dunia. Perjanjian ini dinegosiasikan pada 2015 oleh negara-negara, termasuk AS, Jepang, Malaysia, Australia, New Zealand, Kanada, dan Meksiko.
Tujuan dari TPP adalah untuk memperkuat kerja sama dan pertumbuhan ekonomi, termasuk mengurangi tarif, menerapkan langkah-langkah untuk standar perburuhan dan lingkungan, hak cipta, paten dan perlindungan hukum lainnya.
Kebijakan lainnya adalah membangun tembok sepanjang perbatasan AS dan Meksiko. Selain tembok, Trump juga meneken rencana deportasi pendatang tak terdokumentasi.
Perintah itu termasuk mengancam akan menarik dana bagi kota-kota "suaka" bagi ilegal imigran seperti New York yang selama ini tidak pernah menahan para tamu tak diundang itu.
Terbaru, Trump menandatangani kebijakan pada Jumat yang berisi melarang masuk warga dari Suriah, Iran, Irak, Yaman, Sudan, Somalia dan Libya masuk ke AS selama 90 hari ke depan. (Gdn/Ndw)