Inflasi di Atas Perkiraan Jadi Penekan Gerak Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Feb 2017, 12:50 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2017, 12:50 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Angka inflasi yang di luar perkiraan menjadi penberat gerak rupiah.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot DOllar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.374 per dolar AS pada perdagangan Kamis (2/2/2017). Patokan hari ini melemah jika dibanding dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.343 per dolar AS.

Sedangkan mengutip Bloomberg, rupiah dibuka di angka 13.369 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan pada perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.368 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.354 per dolar AS hingga 13.386 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 0,70 persen.

Di AS, nilai tukar dolar AS merosot terhadap beberapa mata yang utama lainnya setelah Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed) sedikit mengubah pandangan mereka mengenai laju kenaikan suku bunga.

Dolar AS jatuh menuju penutupan terendah sejak November. The Fed menegaskan bahwa rencana kenaikan suku bunga tetap pada jalur dengan mempertimbangkan data tenaga kerja, kepercayaan konsumen dan juga inflasi.

Namun mereka juga akan mencermati kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Presiden AS Donald Trump. Alasannya, beberapa kebijakan yang telah keluar meningkatkan ketidakpastian di pasar.

"Dolar AS kembali tertekan. ketidakpastian akan kebijakan Trump membuat sulit untuk memperkirakan gerak dolar AS," jelas analis mata uang Barclays Plc, Singapura, Mitul Kotecha.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, angka inflasi Januari yang naik melebihi ekspektasi BI menjadi pemberat gerak rupiah Untuk hari ini, tekanan pelemahan rupiah kembali terjadi karena sentimen kenaikan inflasi dan kembalinya penguatan Dollar Index.

"Fokus pelaku pasar akan langsung beralih ke angka pertumbuhan ekonomi di 2016 yang akan dirilis Senin mendatang dan diperkirakan melambat," jelas dia. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya