Kemenperin: 20 Smelter Logam Rampung 100 Persen

Proyek tersebut berasal dari 32 proyek smelter logam dengan nilai investasi sebesar US$ 18 miliar.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Mar 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2017, 08:45 WIB
Smelter
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta Kementeri‎an Perindustrian (Kemenperin) menyatakan proses pembangunan 20 proyek smelter telah rampung. Itu berasal dari 32 proyek smelter logam dengan nilai investasi US$ 18 miliar.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan ‎mengatakan, pemerintah kini tengah fokus melaksanakan program hilirisasi industri berbasis sumber daya alam. Ini dilakukan sebagai upaya memaksimalkan peningkatan nilai tambah di dalam negeri. Itu bisa mendongkrak kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional.

Dia menyatakan, kebijakan hilirisasi ini juga akan memperkuat daya saing dan struktur industri nasional sekaligus menumbuhkan populasinya.

“Upaya ini dapat pula memberikan dampak luas terhadap perekonomian nasional melalui penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa negara,” ‎ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (3/3/2017).

Sejauh ini, lanjut dia, terdapat 32 proyek smelter logam yang tumbuh dengan perkiraan nilai investasi sebesar US$ 18 miliar. Proyek yang pembangunannya tersebar di 22 kabupaten/kota dan 11 provinsi ini mampu menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 28 ribu orang.

“Kelanjutan dari 32 proyek tersebut, 20 proyek sudah 100 persen rampung, 9 proyek dalam tahap pembangunan, dan 3 proyek dalam tahap perencanaan,” kata dia.

Dari jumlah smelter tersebut, terdapat 22 industri yang telah bergabung dengan Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) dan 75 persen telah beroperasi secara komersial.

Putu optimistis, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri smelter berbasis logam karena termasuk dari 10 besar negara di dunia dengan cadangan bauksit, nikel, dan tembaga yang melimpah.

“Untuk pengembangan industri berbasis mineral logam khususnya pengolahan bahan baku bijih nikel, saat ini difokuskan di kawasan timur Indonesia. Misalnya, di Kawasan Industri Morowali - Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Bantaeng - Sulawesi Selatan dan Kawasan Industri Konawe - Sulawesi Tenggara," jelas dia.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya