Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan jumlah industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia mencapai 4,03 juta unit di 2017. Salah satu caranya dengan menggandeng IKM asal Jepang untuk bermitra dengan IKM lokal.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ‎mengatakan, dirinya mengharapkan ada peningkatan kerja sama Indonesia dan Jepang di sektor industri kecil dan menengah (IKM). Upaya ini tengah dilakukan dengan menggandeng Japan External Trade Organization (Jetro).
"Selain memacu investasi perusahaan besar Jepang di Indonesia, kami juga mendorong agar pelaku IKM Jepang dapat bermitra dengan pengusaha nasional," ujar dia di Jakarta, Kamis (23/3/2017).
Baca Juga
Airlangga mengungkapkan, kerja sama tersebut sejalan dengan program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) di 2017 dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan nasional. "Selain itu dilandasi pula oleh amanat Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian," lanjut dia.
Tekad ini juga untuk menjaga konsistensi peran IKM yang selama ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Kemenperin mencatat, IKM meningkatkan nilai tambah di dalam negeri yang cukup signifikan setiap tahun. Hal ini terlihat dari capaian pada 2016 sebesar Rp 520 triliun atau meningkat 18,3 persen dibandingkan pada 2015.
IKM juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Pada 2017, penambahan tenaga kerja sektor IKM diperkirakan mencapai 400 ribu orang. Sedangkan, jumlah IKM ditargetkan sebanyak 182 ribu unit sehingga total akan menjadi 4,03 juta pada 2017 atau meningkat 4,7 persen dari 3,85 juta pada 2016.
Selain itu, Kemenperin menargetkan penciptakan 5.000 wirausaha baru dan pengembangan 1.200 sentra IKM pada 2017 sekaligus untuk mencapai 20 ribu wirausaha baru pada 2019.
Sebelumnya, Executive Vice President Jetro Yuri Sato mengatakan, investor Jepang sangat membutuhkan informasi mengenai arah pengembangan industri di Indonesia. Dia mengaku puas dengan informasi yang diberikan tentang kebutuhan investasi di sektor industri penunjang yang biasanya diisi oleh perusahaan skala kecil hingga menengah.
"Kami akan meneruskan informasi tersebut kepada para pelaku usaha di Jepang. Apalagi, Kemenperin tengah membangun database IKM berbasis teknologi digital melalui e-Smart IKM," ungkap dia.
Investasi Jepang mencapai US$ 4,498 miliar atau Rp 59,8 triliun (Asumsi kurs Rp 13.300 per dolar Amerika Serikat) hingga September 2016. Angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2015.
Berdasarkan data BKPM, Jepang memberikan kontribusi investasi paling tinggi di Indonesia melalui industri otomotif dengan nilai US$ 1,18 miliar pada 2015, disusul kawasan industri dan properti US$ 520 juta, kemudian industri logam, elektronik, dan mesin senilai US$ 426 juta, serta listrik, gas, dan air sebesar US$ 134 juta.
Advertisement