Kronologi Kaburnya Kapal Maling Harta Karun di Laut RI

Kepala Pelaksana Harian Satuan Tugas 115 Laksdya TNI A. Taufiq membeberkan kronologi kapal maling harta karun di kepulauan Anambas.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Apr 2017, 20:17 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2017, 20:17 WIB
Ilustrasi harta karun dari bawah laut Indonesia
Koleksi Galeri Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta, Selasa (14/3). BMKT itu diangkat dari kapal-kapal yang tenggelam di perairan Kepulauan Riau, Selat Karimata, dan Laut Jawa. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Satuan Tugas 115 sekaligus Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal), Laksdya TNI A. Taufiq R membeberkan kronologi kapal maling harta karun atau Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) di Kepulauan Anambas yang kabur sebelum berhasil ditangkap.

Kapal keruk seberat lebih dari 8.000 ton ini kabur dengan membawa 1.000 ton metal yang diduga dari laut Indonesia.

"Kapal ini saat diawasi ada di teritorial kami. Berada di batas luar berdekatan dengan perairan Malaysia," kata Taufiq saat Konferensi Pers di kediaman Menteri Susi Pudjiastuti, Komplek Widya Chandra, Jumat (21/4/2017).

Taufiq mengungkapkan kronologi singkat saat memata-matai kapal keruk jenis grab hopper dredger di Kepulauan Anambas. Ia menuturkan, ini bukanlah operasi terencana dari Angkatan Laut. Informasi tersebut berasal dari nelayan yang menyebut ada kapal mencurigakan.

Karena tidak ada kapal patroli TNI AL, lanjut Taufiq, pihaknya langsung mengerahkan pasukan dan kapal dari Posal Jemaja. Kapal tersebut bukanlah kapal perang, melainkan kapal patroli kecil dengan awak hanya 4 orang. Jarak tempuh 45 mil dari pos, dan membutuhkan perjalanan 3-4 kali bolak balik mengisi bahan bakar hingga sampai ke posisi kapal maling BMKT tersebut.

"Kemudian 4 orang petugas kami naik ke kapal, dan mereka sedang mengangkat kerangka kapal. Posisinya persis di perbatasan teritori kami dengan Malaysia. ABK bilang nahkoda sedang turun ke darat, lalu TNI AL dan Bakamla mengamankan 20 ABK, lalu diamankan ke Tarempa dan Jemaja," jelas Taufiq.

Dipikir kru kapal keruk itu sudah tidak ada lagi alias kosong, Ia menuturkan, kapal berbobot lebih dari 8.000 GT itu hanya diawasi kapal kecil. Namun Taufiq langsung memerintahkan kapal perang penyapu ranjau untuk bergerak ke lokasi kapal keruk.

"Tapi begitu sampai ke sana, kapal keruk itu sudah tidak ada. Ini artinya dia (nahkoda) sudah punya antisipasi. Tapi tidak mungkin kapal lari ke Selatan (wilayah RI), tapi ke arah luar kita hanya cuma butuh waktu 30 menit," ujar dia.

Taufiq mengaku, pihakya sudah menerbangkan 2 pesawat dan 4 kapal perang untuk memburu kapal keruk tersebut. Namun dikejar ke arah Selatan, kapal tidak ada. Itu artinya, kapal bergerak ke perairan internasional.

"Jadi kami akan minta bantuan Interpol. Kami notifikasi ke Interpol, Kementerian Luar Negeri, dan lainnya," kata dia.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjastuti mengungkapkan ada sebanyak 20 orang ABK yang dibekuk, yakni sebanyak 16 orang dari China, 3 orang dari India, dan 1 orang dari Malaysia. "Waktu kapal diperiksa sudah ada 1.000 ton metal (BMKT), tapi keburu kapalnya kabur," ujar Susi.

 

 

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya