Resolusi CPO Hanya Jadi Cara Uni Eropa Raih Keuntungan

Kemendag juga menilai negara-negara Uni Eropa juga khawatir jika produk minyak nabati yang diproduksinya kalah dengan CPO.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Mei 2017, 12:01 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2017, 12:01 WIB
20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menilai resolusi Uni Eropa yang memperketat penggunaan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dengan kewajiban sertifikasi dan kenaikan bea masuk impor CPO hanya persoalan perdagangan.

Pengetatan tersebut sebenarnya tidak terkait dengan isu lingkungan yang selama ini digaungkan dan dijadikan kampanye negatif.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, jika Uni Eropa menganggap perkebunan sawit ini menjadi penyebab kerusakan hutan, maka seharusnya produk turun sawit dilarang, bukan hanya sekadar dihambat untuk masuk ke Benua Biru tersebut.

"Hambatan sawit yang tadi dibilang itu masalah dagang. Jadi hambatan kita baik dari standar, bea masuk yang tinggi. Intinya mereka tidak mau nge-banned sawit. Kalau mereka tidak setuju kenapa tidak dilarang saja," ujar dia dalam diskusi Membedah Kepentingan Tersembunyi Dibalik Resolusi Sawit Eropa di Jakarta, Selasa (9/5/2017).

Dia menuturkan, pengenaan tarif bea masuk yang tinggi terhadap produk sawit ini semata untuk menarik keuntungan sebesar-besarnya terhadap produk CPO yang notabene-nya diimpor dari luar Eropa.

Selain itu, negara-negara Uni Eropa juga khawatir jika produk minyak nabati yang diproduksinya yaitu minyak kedelai (soybean) dan minyak bunga matahari (sunflower oil) kalah saing dengan CPO.

"Jadi justru yang diusulkan melalui resolusi itu adalah tingkatkan pajak masuknya. Jadi kita yang berkeringat, siapa yang menikmati. Sawit dianggap tidak sehat, ujung-ujungnya bukan di-banned tapi dikenakan tarif lebih tinggi," kata dia.

‎Oke mengungkapkan, salah besar jika selama ini kampanye negatif menyebut perkebunan sawit menjadi penyebab kerusakan hutan atau deforestasi. Sebab, luas lahan untuk perkebunan soybean dan sunflower justru lebih besar ketimbang sawit.

‎"Kampanye negatif lainnya, penyebab deforestasi. Faktanya, deforestasi bagian dari proses pembangunan setiap negara. Total lahan yang digunakan oleh sawit itu di dunia ada 16 juta ha, 122 juta ha untuk soybean, sunflower 35 juta ha." ujar dia.

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya