Impor Melonjak, Neraca Dagang‎ RI Defisit US$ ‎270 Juta di Juli

Nilai ekspor Indonesia pada bulan ketujuh ini tercatat sebesar US$ 13,62 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Agu 2017, 11:40 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2017, 11:40 WIB
Nilai ekspor Indonesia pada bulan ketujuh ini tercatat sebesar US$ 13,62 miliar.
Nilai ekspor Indonesia pada bulan ketujuh ini tercatat sebesar US$ 13,62 miliar.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2017 defisit US$ 270 juta. Sedangkan secara kumulatif mencetak surplus sebesar US$ 7,39 miliar sepanjang Januari-Juli 2017.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan ketujuh ini tercatat sebesar US$ 13,62 miliar. Angka ini lebih rendah dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 13,89 miliar.

"Karena kenaikan impor tinggi sekali 39 persen (Juli 2017 dibanding Juni 2017), jadi neraca perdagangan di Juli ini terjadi defisit sebesar US$ 270 juta," ujar Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan Juli 2017 di kantor BPS, Jakarta, ‎Selasa (15/8/2017).

Nilai kinerja neraca perdagangan yang defisit ini berbalik arah dibanding realisasi di Juni lalu surplus sebesar US$ 1,63 miliar. Di kuartal I, surplus US$ 4,09 miliar dan di kuartal II-2017 sebesar US$ 3,58 miliar.

"Penyebab defisit di Juli ini karena terjadi kenaikan impor bahan baku dan bahan penolong atau barang modal yang luar biasa tinggi pasca lebaran. Tapi impor ini diharapkan dapat menggerakkan industri sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Kecuk.

Jika dirinci, Kecuk mengatakan, defisit US$ 270 juta berasal dari surplus nonmigas yang mencapai US$ 332,9 juta, sementara neraca dagang minyak dan gas (migas) masih defisit sebesar US$ 604,1 juta.

Secara kumulatif di Januari-Juli 2017, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 7,39 miliar. Dengan realisasi nilai ekspor US$ 93,60 miliar atau lebih tinggi dibanding nilai impor US$ 86,20 miliar pada Januari-Juli 2017.

Surplus US$ 7,39 miliar pada tujuh bulan ini ditopang dari surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar US$ 12,03 miliar, sementara migas masih defisit US$ 4,63 miliar.

Realisasi ini berbeda dari prediksi ekonom. Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, memproyeksikan, laju ekspor pada Juli tumbuh 35,7 persen (year on year/yoy). Perkiraan ini lebih tinggi dibanding kinerja impor yang diramal tumbuh 34,5‎ persen (yoy).

"Jadi neraca perdagangan Juli diperkirakan surplus US$ 965 juta. Kegiatan ekspor impor kembali normal usai libur Lebaran," kata Josua dalam Forecast yang diterima Liputan6.com.

Ia menjelaskan, laju ekspor bulan ketujuh ini ditopang tren kenaikan harga kelapa sawit selama Juli, serta meningkatnya volume ekspor. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya