Kabar Gembira, Jepang Pindahkan Pabrik Pengolahan Ikan ke RI

Itochu Corporation akan memindahkan pabrik pengolahan ikan dari Thailand ke Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Agu 2017, 12:42 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2017, 12:42 WIB
2016324-Pelelangan-Ikan-Muara-Angke-Jakarta-FF
Ikan yang telah dibekukan dilelang di pelelangan ikan Muara Angke, Jakarta, Kamis (24/3). Pada 2015 secara total Indonesia telah memanfaatkan potensi ekonomi sektor kelautan sekira Rp350 triliun. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan sejumlah investor Jepang akan membangun pabrik pengolahan ikan di Indonesia. Hal ini tentu menjadi potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk olahan ikan.

Susi mengungkapkan, salah satu investor asal Negeri Sakura, yaitu Itochu Corporation, akan memindahkan pabriknya dari Thailand ke Indonesia. Itochu juga selama ini telah memiliki anak usaha di Indonesia, yaitu PT Aneka Tuna Indonesia.

"Ini juga berita yang luar biasa membahagiakan kita, Itochu dan beberapa perusahaan akan relokasi dari Thailand ke Indonesia. Yang sudah konfirmasi itu adalah Itochu. Mereka akan pindahkan pabrik pengolahan ikan dari Thailand ke Indonesia," ujar dia di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Jumat (25/8/2017).

Menurut Susi, Itochu akan memperkuat fasilitas pengolahan ikan di Indonesia. Selain untuk ekspor kembali ke Jepang, produk olahan itu juga akan dipasarkan di Indonesia mengingat kebutuhan akan produk olahan ikan di dalam negeri terus meningkat.

"Mereka akan memperkuat cabang anak usahanya di sini, yaitu PT Aneka Tuna untuk lebih membesarkan. Bahkan mereka juga menargetkan pasarnya di Indonesia, karena mereka merasa Jepang penduduknya berkurang, itu menterinya cerita. Jadi konsumsi produk perikanan Jepang pun menurun, karena orangnya turun. Nah Indonesia orangnya tambah, tentu kebutuhannya makin tambah," kata dia.

Namun, masih ada sejumlah hambatan yang dihadapi investor tersebut, salah satunya soal tarif impor yang diterapkan Jepang terhadap produk perikanan Indonesia. Meski demikian, Susi berharap hal tersebut bisa segera diatasi agar semakin banyak investor Jepang yang membangun pabrik pengolahannya di Indonesia.

‎"Namun PR kita masih ada karena ternyata produk pengolahan itu kalau dari Thailand ke Jepang impor tarifnya 0 persen, tapi kalau dari Indonesia kena 7 persen rata-rata. Jadi mereka minta ke pemerintah mereka sendiri untuk dinolkan, karena kalau tida dari Indonesia akan berkurang keuntungannya 7 persen," tandas dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Banyak peminat

Ikan hasil tangkapan nelayan Indonesia memang sangat diminati dunia. Salah satunya adalah Arab Saudi. Perusahaan importir produk makanan dan minuman Indonesia asal Arab Saudi, Sami Al-Khatiri, akan membeli langsung ikan tuna kaleng Indonesia dengan nilai US$ 385 ribu atau lebih dari Rp 5 miliar tahun ini.

“Tahun ini, Sami Al-Khatiri menghentikan impor tuna kaleng dari Thailand dan mengalihkan pembelian ke Indonesia dengan jenis berat 1,8 kilogram (kg) dan 80 gram," kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah Gunawan Sami.

Gunawan memastikan nilai impor perusahaan asal Arab Saudi untuk ikan tuna kaleng Indonesia sebesar US$ 385 ribu atau lebih dari Rp 5 miliar di 2017.

Sementara itu, Konsul Jenderal RI di Jeddah, Hery Saripudin, menyatakan keputusan tersebut merupakan peluang bagus bagi ikan tuna asal Indonesia. "Sebab, Sami Al-Khatiri sudah melakukan ekspansi ke pasar negara Teluk lainnya, seperti Kuwait, Sudan, dan Uni Emirat Arab," dia menjelaskan.

Popularitas ikan tuna semakin menanjak di Arab Saudi karena adanya kampanye gaya hidup sehat yang digaungkan beberapa supermarket dan hypermarket, seperti Lulu, Al-Madinah, dan Nesto di Jeddah. Sementara itu, hypermarket Otent mempromosikan konsumsi ikan tuna di Riyadh dan sekitarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya