Neraca Dagang RI Surplus US$ 1,72 Miliar, Tertinggi Sejak 2012

Secara kumulatif di Januari-Agustus 2017, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 9,11 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Sep 2017, 09:40 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2017, 09:40 WIB
20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2017 surplus sebesar US$ 1,72 miliar . Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-Agustus 2017 mencetak surplus US$ 9,11 miliar. 

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan kedelapan ini tercatat sebesar US$ 15,21 miliar. Angka ini lebih tinggi dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 13,49 miliar.

"Jadi neraca perdagangan di Agustus surplus US$ 1,72 miliar. Surplus ini merupakan surplus bulanan terbesar sejak 2012 karena ekspor naik dan impor turun, sehingga surplusnya besar," ujar Suhariyanto saat Rilis Neraca Perdagangan Agustus 2017 di kantor BPS, Jakarta, ‎Jumat (15/9/2017).

Nilai kinerja neraca perdagangan yang surplus ini berbalik arah dibanding realisasi di Juli lalu defisit sebesar US$ 270 juta. Faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor impor ini adalah kenaikan dan penurunan harga beberapa komoditas.

"Harga komoditas yang naik, batu bara, CPO, kernel, karet, tembaga, dan nikel. Sedangkan yang turun adalah harga kedelai, beras, dan jagung. Inilah yang mempengaruhi nilai ekspor impor di Agustus 2017," jelas Suhariyanto.

Jika dirinci, Suhariyanto mengatakan, surplus US$ 1,72 miliar berasal dari surplus nonmigas yang mencapai US$ 2,41 miliar, sementara neraca dagang minyak dan gas (migas) masih defisit sebesar US$ ‎682,6 juta.

Secara kumulatif di Januari-Agustus 2017, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$ 9,11 miliar. Dengan realisasi nilai ekspor US$ 108,8 miliar atau lebih tinggi dibanding nilai impor US$ 99,68 miliar pada Januari-Agustus 2017.

Surplus US$ 9,11 miliar pada delapan bulan ini ditopang dari surplus neraca perdagangan nonmigas sebesar US$ 14,44 miliar, sementara migas masih defisit US$ 5,33 miliar.

"Kalau dibanding periode yang sama tahun lalu‎, surplus neraca dagang sebesar US$9,11 miliar naik 77,79 persen. Diharapkan sampai akhir tahun, neraca dagang akan terus meningkat," tandas Kecuk.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Sesuai prediksi

Realisasi neraca perdagangan pada Agsutus yang surplus ini sesuai dengan prediksi para ekonom. "Neraca dagang Agustus ini diproyeksikan mencatat surplus sekitar US$ 650 juta-US$ 780 juta," kata peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara.

 

Terpisah, ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Andry Asmoro meramalkan neraca perdagangan akan meraup surplus sekitar US$ 743 juta pada Agustus ini.

"Kinerja ekspor impor diperkirakan kembali normal dengan masing-masing pertumbuhan 14 persen (YoY) dan 11,4 persen (YoY) dari sebelumnya 41,1 persen dan 54 persen di Juli 2017. Ekspor tumbuh lebih tinggi karena kenaikan harga komoditas," terangnya.

Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi memproyeksikan surplus neraca perdagangan sekitar US$ 100 juta di Agustus ini.

"Ekspor nonmigas diprediksi naik karena peningkatan harga CPO, sedangkan impor bahan baku dan barang modal pertumbuhannya tidak sebesar Juli ini karena sudah mulai normal sesudah Lebaran," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya