Liputan6.com, Jakarta - Ekonom memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2017 akan berbalik arah dengan mencetak surplus sekitar US$ 600 juta sampai US$ 700 juta dari bulan sebelumnya yang defisit. Surplus ini ditopang pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibanding impor karena kenaikan harga komoditas.
"Neraca dagang Agustus ini diproyeksikan mencatat surplus sekitar US$ 650 juta-US$ 780 juta," kata peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara dalam Forecast Trade Balance di Jakarta, Kamis (15/9/2017).
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2017 mengalami defisit sebesar US$ 270 juta.
Advertisement
Bhima menjelaskan, surplus di bulan kedelapan ini dipicu kenaikan ekspor yang mencapai 15 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY).
Baca Juga
"Peningkatan ekspor disokong kenaikan harga beberapa komoditas andalan, seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, dan minyak mentah," ujarnya.
Sementara impor, diperkirakan Bhima, kembali normal di level 12 persen (YoY) dari kenaikan signifikan di bulan sebelumnya. Periode normalisasi neraca perdagangan berkaitan dengan kembalinya aktivitas ekspor-impor sesudah libur Lebaran yang efeknya baru terasa di Agustus.
"Impor terutama didominasi oleh bahan baku atau penolong dan barang modal, walaupun tidak sebesar Juli lalu yang naiknya sampai 40 persen," Bhima menjelaskan.
Kondisi demikian, dia menilai, menunjukkan geliat sektor industri, terutama yang mengandalkan bahan baku impor. Sedangkan pertumbuhan impor barang konsumsi tercatat moderat karena daya beli masyarakat masih dalam tahap konsolidasi.
Terpisah, ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Andry Asmoro meramalkan neraca perdagangan akan meraup surplus sekitar US$ 743 juta pada Agustus ini.
"Kinerja ekspor impor diperkirakan kembali normal dengan masing-masing pertumbuhan 14 persen (YoY) dan 11,4 persen (YoY) dari sebelumnya 41,1 persen dan 54 persen di Juli 2017. Â Ekspor tumbuh lebih tinggi karena kenaikan harga komoditas," terangnya.
Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi memproyeksikan surplus neraca perdagangan sekitar US$ 100 juta di Agustus ini.
"Ekspor nonmigas diprediksi naik karena peningkatan harga CPO, sedangkan impor bahan baku dan barang modal pertumbuhannya tidak sebesar Juli ini karena sudah mulai normal sesudah Lebaran," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Neraca perdagangan Juli
BPSÂ melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2017 defisit US$ 270 juta. Sedangkan secara kumulatif mencetak surplus sebesar US$ 7,39 miliar sepanjang Januari-Juli 2017.
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, ‎nilai ekspor Indonesia pada bulan ketujuh ini tercatat sebesar US$ 13,62 miliar. Angka ini lebih rendah dibanding realisasi impor yang sebesar US$ 13,89 miliar.
"Karena kenaikan impor tinggi sekali 39 persen (Juli 2017 dibanding Juni 2017), jadi neraca perdagangan di Juli ini terjadi defisit sebesar US$ 270 juta," ujar Kecuk saat Rilis Neraca Perdagangan Juli 2017 di kantor BPS, Jakarta, ‎Selasa (15/8/2017).
Nilai kinerja neraca perdagangan yang defisit ini berbalik arah dibanding realisasi di Juni lalu surplus sebesar US$ 1,63 miliar. Di kuartal I, surplus US$ 4,09 miliar dan di kuartal II-2017 sebesar US$ 3,58 miliar.
"Penyebab defisit di Juli ini karena terjadi kenaikan impor bahan baku dan bahan penolong atau barang modal yang luar biasa tinggi pasca lebaran. Tapi impor ini diharapkan dapat menggerakkan industri sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi," ucap Kecuk.
Advertisement