Status Gunung Agung Awas, 15 Ribu Wisatawan Masih Mondar-mandir

Menteri Pariwisata Arief Yahya meminta kepada para wisatawan untuk tetap waspada dan mengikuti petunjuk dari pemerintah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Sep 2017, 16:53 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2017, 16:53 WIB
Gunung Agung
Warga beristirahat di lokasi pengungsian di GOR Suweca, Klungkung, Bali, Selasa (26/9). Hingga kini tercatat, 57.418 jiwa mengungsi di 357 lokasi menyusul peningkatan aktifitas Gunung Agung yang masih berstatus awas. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta Status Gunung Agung, Bali, telah ditetapkan ke level Awas sejak beberapa hari lalu. Namun, 15 ribu wisatawan domestik maupun mancanegara setiap hari masih hilir mudik berkunjung ke Pulau Dewata. Dengan kata lain, kunjungan wisatawan tidak terganggu oleh meningkatnya aktivitas Gunung Agung.

"Sampai hari ini tidak ada dampak. Orang datang dan pergi masih normal, 15 ribu kunjungan ke Bali. Kalau peak season bisa sampai 18 ribu orang, tapi kebetulan sekarang bukan peak season," kata Menteri Pariwisata, Arief Yahya, di kantor BPS, Jakarta, Selasa (26/9/2017).

Arief meminta para wisatawan untuk tetap waspada dan mengikuti petunjuk dari pemerintah. Menurut dia, industri pariwisata telah mengantisipasi bila Gunung Agung mengalami erupsi.

"Pertama, berupa aksesibilitas, yakni disediakan penerbangan. Kedua, akomodiasi akan disiapkan supaya orang bisa kembali ke negaranya pada hari yang tidak sama, dan ketiga atraksi. Kalau orang terlalu lama di suatu tempat, masih perlu atraksi semacam hiburan," ujarnya.

Dia mengaku prihatin dengan bencana alam yang menimpa warga di sekitar Gunung Agung. Arief meminta dukungan dan doa dari berbagai pihak untuk masyarakat setempat yang terkena musibah ini.

"Ini adalah fenomena alam. Minta doanya supaya selamat dan lancar, serta dukungan bagi saudara-saudara kita yang kena musibah," ujar mantan Direktur Utama PT Telkom Tbk itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bandara alternatif

PT Angkasa Pura I (Persero) siap mengantisipasi dampak erupsi Gunung Agung di Bali yang beberapa hari lalu kencang dengan aktivitas magma yang terus naik ke permukaan.

Antisipasi ini dilakukan setelah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Bali, TNI AU Lanud Ngurah Rai, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Perum LPPNPI Bali, dan Otoritas Bandar Udara Wilayah IV.

Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero) Israwadi menjelaskan, antisipasi yang dilakukan salah satunya dengan mempersiapkan beberapa bandara untuk menjadi alternatif para penumpang menuju ke Bali.

"Seperti Bandara Juanda Surabaya yang dapat menampung 12 slot penerbangan, Bandara Internasional Lombok yang dapat menampung dua penerbangan, dan Bandara Adi Soemarmo Solo yang dapat menampung 30 slot penerbangan," kata Israwadi dalam keterangannya, Selasa (26/9/2017).

Selain Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bandara Internasional Lombok juga telah melakukan sosialiasi AMDP kepada anggota AEC Lombok pada Senin pagi, sebagai lanjutan dari kegiatan koordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya pada 19 September 2017. Namun, kali ini dengan ditambah pengecekan fasilitas penunjang dan simulasi latihan kejadian.

Dikatakan Israwadi, Bandara I Gusti Ngurah Rai juga akan menyiapkan sejumlah langkah mitigasi dampak bencana, seperti menyiapkan posko tanggap darurat bencana di bandara, menyiapkan fasilitas dan penunjang seperti layanan hotline contact center, help desk airlines untuk penumpang maskapai, media center untuk media massa, dan menyiapkan kendaraan bus atau roda empat untuk mengantar penumpang jika ingin mengganti rencana perjalanan via darat atau laut.

Bentuk kesiapan lainnya, ujar Israwadi, adalah prosedur operasional standar Airport Disaster Management Plan (AMDP) yang disosialisasikan kepada anggota Airport Emergency Committee (AEC) yang terdiri atas pemangku kepentingan terkait, seperti TNI, Perum LPPNPI, kepolisian daerah setempat, maskapai, imigrasi, karantina, dan ground handling.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya