Jokowi: RI Bisa Jadi Produsen Kopi Raksasa se-Dunia

Indonesia berpeluang besar karena menurut Jokowi Indonesia memiliki lahan yang luas dan komoditas kopi yang berkualitas baik

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Okt 2017, 19:12 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2017, 19:12 WIB
Presiden Jokowi Pimpin Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden, Jusuf Kalla memberi keterangan kepada awak media usai melakukan upacara Hari Kesaktian Pancasila, di Halaman Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, Minggu (1/10). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, Indonesia berpotensi besar menjadi produsen kopi nomor satu terbesar di dunia, menggeser dominasi tiga negara, Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Peluang ini ada karena Indonesia memiliki lahan yang luas untuk tanaman kopi.

Hal ini disampaikan Jokowi yang membakar semangat para penggiat, mulai dari barista, pengusaha kopi, sampai artis penikmat kopi dalam acara Ngopi Bareng Bersama Presiden di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (1/10/2017).

"Melihat kopi di Gayo, dan daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, sampai Papua, Indonesia punya kesempatan untuk membawa Indonesia sebagai produsen kopi terbesar di dunia, karena lahannya ada," Jokowi mengatakan.

Saat ini, tutur Jokowi, Indonesia berada di posisi ke-4 dunia sebagai produsen kopi terbesar. Peringkat ini di bawah Brasil, Vietnam, Kolombia, baru ditempati Indonesia.

Presiden lebih jauh menyarankan supaya petani kopi tidak hanya terjebak pada tingkat budidaya atau on farm saja. Nilai tambah dapat berkali lipat apabila kopi yang dijual sudah diproses ke tingkat lebih atas sampai ke tangan konsumen.

"Di Aceh misalnya, saya lihat terakhir ke sana yang dijual dalam bentuk green bean (belum dipanggang). Kenapa tidak ada step yang di atasnya lagi, atau di atasnya lagi. Padahal keuntungan terbesar kalau sudah diproses sampai tersaji kopi di pembeli," keluh Jokowi.

Beruntung, saat ini harga jual kopi mentah (green bean) di tingkat petani sekitar Rp 80 ribu per Kilogram (Kg) atau lebih tinggi dibanding periode tahun-tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp 20 ribu per Kg.

"Harganya sudah meningkat ya. Saya kira itu karena minum kopi jadi lifestyle anak-anak muda kita, nongkrong di warung kopi, bawa laptop, ponsel, minum kopii hitam atau cappucino," mantan Gubernur DKI Jakarta itu menerangkan.

Intinya, saran Jokowi, harus menguasai proses bisnisnya. Setelah panen kopi, komoditas ini harus diproses sedemikian rupa dengan kemasan yang menarik, peracikan yang bagus, dan pemasaran yang tidak lagi melalui jalur konvensional, tapi juga merambah online.

"Kalau proses bisnis betul-betul dikuasai, saya pikir kita bisa bertarung di pasar dunia. Harus ada keberanian anak-anak muda kita untuk merebut peluang itu, terutama di pasar domestik, jangan sampai dikuasai orang lain," tukas Jokowi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya