Dolar AS Menguat Bakal Jadi Hambatan Reli Harga Emas

Dolar Amerika Serikat cenderung perkasa akan membayangi harga emas pada pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Okt 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berpeluang menguat pada pekan ini meski sejumlah analis prediksi ada tekanan untuk harga emas. Hal itu lantaran dolar Amerika Serikat (AS) makin perkasa.

Harga emas untuk pengiriman Desember ditransaksikan terakhir di kisaran US$ 1.272,40 per ounce atau turun satu persen dari minggu sebelumnya. Sedangkan harga perak ditransaksikan di kisaran US$ 16.745 per ounce atau merosot dua persen.

"Saya pikir level US$ 1.260 per ounce merepresentasikan level support untuk harga emas. Kami dapat melihat harga emas tertekan, namun sulit untuk bergerak ke bawah US$ 1.260 per ounce," kata Bill Baruch, President of Blue Line Futures, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (30/10/2017).

Ia optimistis terhadap harga emas lantaran sentimen negatif yaitu perbaikan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve sudah diantisipasi pelaku pasar.

"Bila harga emas di bawah US$ 1.260 itu kesempatan untuk beli," kata dia.

Sementara itu, Kepala Riset Saxo Bank, Ole Hansen menuturkan, harga emas dapat kembali menguat asal berada di atas level terendah pada Oktober 2017. Harga emas akan tertekan jika berada di bawah level US$ 1.250 per ounce.

Namun, analis menilai penguatan dolar AS akan menjadi hambatan untuk harga emas. Apalagi indeks dolar AS berada di level tertinggi dalam empat bulan. Baruch memprediksi, indeks dolar AS akan berada di kisaran 96.

Oleh karena itu, sejumlah analis tidak optimistis untuk reli harga emas. Chris Vecchio, Analis Senior Dailyforex.com menuturkan, indeks dolar AS mencatatkan performa terbaik sepanjang tahun ini.

Penguatan dolar AS juga didukung dari produk domestik bruto AS tumbuh tiga persen pada kuartal III 2017. Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang dapat mendukung kebijakan pengetatan moneter bank sentral AS. Sentimen itu juga dorong imbal hasil obligasi. Ia menambahkan, dolar AS akan reli sekitar tiga persen.

"Imbal hasil surat berharga bertenor dua tahun capai level tertinggi sejak 2008. Demikian juga imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun yang capai level tertinggi sejak Maret. Suku bunga bank sentral AS berpotensi naik, ini waktunya kurangi emas. Jika dolar AS dan imbal hasil surat berharga baik maka tidak ada alasan untuk pegang emas," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya: Sentimen Bayangi Harga Emas

Kepala Riset London Capital Group Jasper Lawler menuturkan, harga emas akan tertekan dalam waktu dekat. Bila harga emas tertekan, hal itu jadi kesempatan untuk beli emas. Dalam jangka panjang, ia menilai ada faktor fundamental membuat investor bisa memegang emas sebagai aset portofolio investasi.

Lalu apa saja sentimen yang menjadi sorotan pada pekan ini? Salah satunya pemilihan pimpinan bank sentral AS. Pada awal pekan ini, Presiden AS Donald Trtum dapat mengumumkan nominasi pimpinan the Federal Reserve dalam empat tahun ke depan.

Dalam sebulan ini, dua calon yang menjadi sorotan dan spekulasi yaitu mantan pimpinan the Federal Reserve Jerome Powell dan Ekonom Stanford John Taylor.

Lawler menuturkan, bila nominasinya Taylor yang terpilih sebaiknya memegang emas. Hal itu mengingat Taylor sosok yang agresif.

Sedangkan Vecchio menilai, pasar melihat Powell merupakan kandidat yang dapat ciptakan kestabilan sehingga dia dapat menjaga kebijakan stabilitas moneter.

Untuk level harga emas yang dicermati, Baruch menuturkan, harga emas yang perlu diperhatikan di atas US$ 1.280 per ounce. Level harga emas itu dapat menetralisir sejumlah sentimen negatif. Ia menambahkan, jika harga emas di atas US$ 1.300 maka dapat mendorong investor kembali ke pasar.

Sedangkan level support untuk pengiriman Desember yang menjadi perhatian di posisi US$ 1.262,80 per ounce. Jika menembus level support itu, harga emas dapat berpotensi di kisaran US$ 1.250 per ounce.

Pada pekan ini, sentimen yang mendominasi tampaknya dari nominasi pemilihan pimpinan the Federal Reserve. Pasar menunggu Presiden Trump soal pimpinan the Federal Reserve. Pada pekan ini juga cenderung sepi sentimen baik dari data ekonomi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya