Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) kehilangan potensi pendapatan sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 19 triliun hingga kuartal III 2017. Penyebabnya kenaikan harga minyak dunia yang tidak diimbangi dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang menjadi penugasan dari pemerintah.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, ‎dalam 9 bulan terakhir harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) ‎naik sebesar 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 37,88 per barel.
Dari kenaikan ini, Pertamina sebenarnya berharap ada kebijakan penyesuaian harga BBM. "Harga ICP itu rata rata 9 bulan di 2016 itu hampir US$ 38, US$ 37,88. Rata rata 9 bulan di tahun ini naik 30 persen, rata rata memang naik. Tentu harga naik ini tentunya kita berharap ada penyesuaian harga per tiga bulan," ujar dia di kawasan Thamrin, Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Advertisement
Baca Juga
Jika harga BBM tersebut dinaikkan, maka pendapatan yang diterima hingga kuartal III diperkirakan akan mencapai US$ 32,8 miliar. Namun, karena tidak ada penyesuaian maka pendapatan Pertamina tercatat hanya sebesar Rp 31,38 miliar.
"Hampir US$ 1,5 miliar (selisih). Dikalikan Rp 13 ribu maka hampir Rp 19 triliun. Jadi kita kekurangan revenue karena harga enggak disesuaikan," kata dia.
Meski demikian, pendapatan yang diraih Pertamina di kuartal III 2017 ini tetap lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar US$ 26,62 miliar.
Namun laba bersih Pertamina hingga kuartal III tahun ini turun dibandingkan periode yang sama di 2016. Hingga September 2017, perusahaan plat‎ merah tersebut hanya meraih laba bersih US$ 1,99 miliar, dari sebelumnya US$ 2,83 miliar.
"Walaupun tanpa laba, kita bisa mencatatkan laba US$ 2,83 miliar (kuartal III 2016). Cost kita naik 30 persen, bahan baku naik, maka kenaikannya hampir 27 persen. Angka EBITDA juga turun (dari US$ 6,23 miliar menjadi US$ 4,88 miliar)," jelas dia.
Meski mengalami kehilangan potensi pendapatan dan penurunan laba, namun Elia mengaku tak mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, apa yang dijalankan Pertamina selama ini telah sesuai dengan kebijakan pemerintah.
"Tapi it's okay. Ini kan kebijakan pemerintah dinikmati oleh konsumen Pertamina. Konsumen dapat harga BBM yang lebih murah. Masalah harga banyak kan selama ini, ini ditentukan oleh pemerintah. Kedua, Pertamina kan sebenarnya milik pemerintah 100 persen," tandas dia.
Harga BBM Pertamina, Shell dan Total di Awal November
PT Pertamina (Persero) tidak mengubah harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidinya, sementara PT Shell Indonesia dan PT Total Oil Indonesia mengubah harga pada awal November 2017.
Pantauan Liputan6.com, pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina‎ 34.127.01‎ di kawasan warung Buncit Jakarta, Rabu (1/11/2017). BBM jenis Pertamax 92 dibandrol Rp 8.250 per liter, ‎Pertamax Turbo Rp 9.350 per liter‎ dan Pertamina Dex Rp 8.800 per liter.
Harga tiga jenis BBM non subsidi tersebut tidak berubah, dari pantauan harga yang dilakukan pada pertengahan Oktober 2017.
Tidak seperti Pertamina, Shell mengubah harga BBM yang dijualnya. Pantauan harga pada SPBU Shell kawasan Pejaten Jakarta, pada awal November perusahaan minyak asal Belanda tersebut menjual BBM jenis Super Rp 8.700 per liter,‎ V-Power Rp 9.700 per liter dan Diesel Rp 9.400 per liter
Jika dibandingkan pada pantauan harga BBM pertengahan Oktober 2017, BBM Super pada awal November ‎mengalami kenaikan Rp 100 per liter dari sebelumnya Rp 8.600 per liter.
Kenaikan harga dengan besaran serupa juga dialami V-Power, pada pantauan pertengahan Oktober 2017 BBM dengan kadar Research Octane Number (RON) 95 dibanderol Rp 9.600 per liter. Selain kedua jenis BBM tersebut, Shell juga menaikkan Diesel Rp 100 per liter, dari sebelumnya diban‎drol Rp 9.300.
Sedangkan Total, pada awal November 2017 membanderol BBM jenis‎ Performance 92 Rp 8.350 per liter, harga tersebut mengalami kenaikan Rp 50 per liter dari pantauan harga yang dilakukan pada pertengahan Oktober 2017.
Sedangkan untuk BBM jenis Performance 95 tidak mengalami kenaikan, perusahaan minyak asal Prancis tersebut membandrol Rp 9.300 per liter. Hal yang sama juga terjadi ‎pada Performance Diesel dengan harga Rp 9.250 per liter.
Advertisement