Cadangan Devisa RI Turun Jadi US$ 126,5 Miliar pada Oktober

BI menyatakan penurunan cadangan devisa lantaran membayar utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Nov 2017, 17:27 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2017, 17:27 WIB
20151104-Bahas-Bank-Indonesia
Bank Inodnesia (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 126,5 miliar pada akhir Oktober 2017.

Posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2017 tersebut, meskipun lebih rendah dibandingkan akhir September 2017 yang sebesar US$ 129,4 miliar, cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman dalam keterangan tertulis, Selasa (7/11/2017).

Agusman menjelaskan, penurunan cadangan devisa pada Oktober 2017 tersebut terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Di samping itu, penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi menurunnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk.

"Bank Indonesia akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tambah dia.

Hal tersebut didukung oleh kondisi perekonomian domestik yang tetap positif, kinerja ekspor yang membaik, dan perkembangan pasar keuangan global yang kondusif. (Yas)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Cadangan Devisa RI Sempat Cetak Rekor

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, Indonesia memiliki sejumlah indikator ekonomi yang positif pada tahun ini. Selain pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inflasi yang terjaga, cadangan devisa Indonesia juga melonjak tajam, bahkan tertinggi sejak merdeka.

Agus mengungkapkan, untuk pertumbuhan ekonomi relatif stabil berada di angka 5 persen dengan tingkat inflasi yang terjaga di bawah 4 persen. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

"Indonesia adalah pilihan investasi dunia tertinggi nomor dua dan tiga. Penduduk masih muda usia, porsi terbesar 29 tahun. Ekonomi kita besarnya US$ 1 triliun dolar," ujar dia di Auditorium Mutiara PTIK, Jakarta, Jumat 20 Oktober 2017.

Dia mencatat, d‎ana yang masuk ke Indonesia di 2016 mencapai Rp 130 triliun, hingga Oktober 2017 dana masuk mencapai Rp 130 triliun. Dana-dana ini masuk dalam bentuk investasi di SBN, SBI, pasar modal.

Selain itu, per September 2017, cadangan devisa tembus US$ 129,4 miliar. Angka ini bahkan disebut Agus sebagai yang tertinggi sejak Indonesia merdeka.

"Kemudian capaian lainnya cadangan devisa Indonesia September US$ 129 miliar. Itu memecahkan rekor tertinggi selama merdeka. Di 2009 cadangan devisa kita US$ 40 milar sekarang US$ 120 miliar. Ini menunjukkan kepercayaan dunia pada Indonesia," kata dia.

Agus berharap, ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh lebih tinggi lagi. Sebab, pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbukti mampu mengalahkan pertumbuhan ekonomi negara lain di ASEAN seperti Malaysia yang hanya tumbuh 4,2 persen dan Thailand 3,3 persen.

"Pertumbuhan ekonomi kita relatif lebih tinggi dibanding negara sesama ASEAN," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya