RI Gandeng Singapura Buat Standar dan Inovasi Industri

Indonesia menggandeng Singapura untuk susun standar keamanan dan investor agar dapat dongkrak ekspor produk makanan dan minuman.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Nov 2017, 10:37 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2017, 10:37 WIB
20161125- Pameran Indonesia Franchise & SME Expo IFSE-Jakarta-Angga Yuniar
Pengunjung menikmati makanan saat Indonesia Franchise & SME Expo (IFSE) di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (25/11). Diharapkan pengunjung dapat melihat peluang usaha yang ditawarkan oleh industri waralaba Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Singapura tengah menyusun standar keamanan dan inovasi bagi industri di Tanah Air. Hal tersebut dilakukan agar lebih banyak produk Indonesia yang bisa diekspor ke Negeri Singa tersebut.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri nasional, seperti industri makanan dan minuman (mamin) perlu terus melakukan upaya-upaya strategis untuk semakin memacu daya saingnya agar mampu berkompetisi di tingkat global.

Langkah yang perlu dijalankan, antara lain peningkatan mutu dan produktivitas serta efisiensi di seluruh rantai nilai produksi. Selain itu, sejalan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan di sektor tersebut.

"Pemerintah telah berkomitmen dalam menyiapkan tenaga kerja yang terampil melalui penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi, serta program pembinaan dan pengembangan SMK berbasis kompetensi yang link and match dengan industri," ujar Airlangga dalam orasi ilmiah di Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur, seperti ditulis Minggu (26/11/2017).

Airlangga menyatakan, saat ini pihaknya tengah memfokuskan pengembangan industri makanan dan minuman nasional melalui penerapan standar keamanan dan menciptakan inovasi produk, terutama dalam menghadapi era ekonomi digital.

"Dengan upaya ini, kami berharap dapat memperluas pasar, tidak hanya domestik, tetapi juga ke negara tujuan ekspor," lanjut dia.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan otoritas keamanan pangan Singapura telah sepakat untuk menyusun standar keamanan dan inovasi agar bisa mendongkrak nilai ekspor produk makanan dan minuman nasional.

"Saya telah berdiskusi dengan PM Singapura, kita akan bekerja sama membangun standar yang sama. Mereka mendukung kita untuk mengekspor lebih banyak produk makanan dan minuman. Ada berbagai macam yang akan diatur mulai dari daya tahan makanan sampai inovasi pengemasan," jelas Airlangga.

Standar baku untuk inovasi dan keamanan pangan tersebut ditargetkan dapat segera dirilis pada tahun depan. Dia menuturkan, Indonesia menggandeng Singapura untuk penyusunan dokumen tersebut karena negara itu memiliki pasar ekspor yang luas, sedangkan Indonesia memiliki produk makanan dan minuman dengan economic of scale yang lebih tinggi sehingga lebih efisien.

Airlangga menambahkan, pemerintah tengah mengkaji mengenai pemberian insentif untuk kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang industri guna meningkatkan jumlah inovasi. "Ke depan, inovasi di Indonesia nilai tambahnya akan tinggi," ungkap dia.

Saat ini indeks global untuk bidang riset dan inovasi industri di Indonesia masih berada di posisi ke-80 dari seluruh negara di dunia. Berbeda dengan capaian indeks kemudahan berinvestasi di Indonesia yang melompat hampir 40 peringkat dalam waktu dua tahun dari urutan ke-110 menjadi posisi ke-72.

Airlangga mencontohkan kebijakan inovasi yang dilakukan oleh Thailand, dengan berani memberikan insentif kepada industri hingga 300 persen. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia tengah mendorong perekonomian nasional yang diperkuat dengan inovasi dan pendidikan vokasi industri.

"Karena inovasi dan pendidikan vokasi adalah dua hal yang bisa meningkatkan daya saing Indonesia," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

RI-Singapura Jalin Kerja Sama Industri Kreatif

Sebelumnya lebih dari 300 pengunjung dan undangan memadati pembukaan RISING Design Bazaar di National Designer Centre. Pameran Produk Industri dan UMKM asal Indonesia itu berlangsung dari tanggal 3 hingga 5 November 2017.

Kegiatan yang merupakan hasil kerja sama antara KBRI Singapura dan National Design Centre Singapura ini mengikutsertakan 18 pelaku UMKM Indonesia dan sepuluh pelaku UMKM Singapura. Demikian keterangan pers KBRI Singapura yang diperoleh Liputan6.com, Minggu 5 November 2017.

Kegiatan ini didukung Bank Indonesia sebagai pembina UMKM Indonesia. Para pelaku UMKM kedua negara menjual berbagai macam produk, dari fashion, jewelry, accessories hingga makanan.

Hadir sebagai tamu kehormatan Menteri Informasi dan Komunikasi Singapura, Hon. Yaacob Ibrahim untuk membuka acara sekaligus meninjau dan berdialog dengan para pelaku UMKM Indonesia-Singapura.

Turut hadir juga Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif, dan Direktur Utama PT. SMESCO Indonesia.

Dalam sambutanya, Dubes RI untuk Singapura, Ngurah Swajaya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah kongkrit KBRI Singapura untuk membuka akses Pasar Singapura bagi pelaku UMKM.

Selain itu Dubes Ngurah juga menyampaikan bahwa RISING Design Bazaar menjadi awal yang baik untuk meningkatkan interaksi yg baik dan kerjasama yang saling menguntungkan bagi pelaku UMKM kedua negara, khususnya untuk mengisi peluang pasar yang lebih, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Dalam dua jam pertama bahkan salah satu pelaku UMKM asal Indonesia sudah mendapatkan tawaran kontrak kerja sama dari National Heritage Board Singapura.

Selama tiga hari berturut turut pameran ini diperkirakan akan dikunjungi 3,000 orang dari berbagai lapisan masyarakat Singapura.

Dubes Ngurah berharap seluruh pemangku kepentingan UMKM Indonesia dapat terus dan bekerjasama meningkatkan kualitas produk, branding dan pemasaran, yang memungkinkan meningkatkan daya saing UMKM Indonesia yang lebih kuat guna menopang pertumbuhan Ekonomi Nasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya