Jokowi: Antisipasi Gangguan Produksi Pangan Akibat Cuaca Buruk

Kondisi cuaca buruk memang harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak menggangu kegiatan logistik pangan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Des 2017, 19:48 WIB
Diterbitkan 02 Des 2017, 19:48 WIB
Yogyakarta Tanggap Darurat
Badai Cempaka membuat status DIY Tanggap Darurat selama satu minggu

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada pihak terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog melakukan antisipasi jika terjadi gangguan kebutuhan pangan akibat cuaca buruk. Gangguan ini bisa terjadi akibat faktor produksi maupun distribusi sehingga membuat kebutuhan pangan tak tercukupi. 

Jokowi mengatakan, saat ini belum ada masalah kekurangan pasokan pangan. Produksi dan distribusi pangan di Indonesia masih normal meskipun cuaca ekstrem melanda Indonesia belakangan ini.

"Sejauh ini memang beoum ada masalah. Tapi ingat ini masih bulan Desember, " jelas dia di kawasan Gelolar Bung Karno, Jakarta, Sabtu (2/11/2017). Menurutnya, musim penghujan masih akan berlangsung sehingga pihak-pihak terkait harus melakukan antisipasi.

Menurut Jokowi, cuaca ekstrem masih akan terus berlangsung di bulan-bulan ke depan. Oleh sebab itu langkah antisipasi harus dilakukan sedini mungkin sehingga kebutuhan pangan masyarakat tidak terganggu. 

Jalur logistik harus dijaga agar tidak terputus akibat bencana. Kondisi cuaca buruk memang harus diwaspadai dan diantisipasi agar tidak menggangu kegiatan logistik.

"Juga terutama jalur-jalur logistik jangan sampai putus karena ada bencana. Harus betul diantisipasi dan diwaspadai," tutup Jokowi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penutupan jalur penyeberangan

Sebelumnya, PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (ASDP Indonesia Ferry), menutup sementara seluruh aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten pada Kamis sore. Sebab, tinggi gelombang laut bisa membahayakan penyeberangan di tengah Selat Sunda.

"Kami mohon pengertian kepada seluruh pengguna jasa penyeberangan Merak-Bakauheni, karena cuaca di Merak sangat ekstrem," ucap Intan Sugiharti selaku Pelaksana Tugas (Plt) Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry.

Karena ketinggian gelombang di Selat Sunda mencapai lima meter dengan kecepatan angin mencapai 45 knot, maka Pelabuhan Merak belum bisa dipastikan kapan akan dibuka kembali.

"Keputusan penutupan diambil berdasarkan rapat bersama antara PT ASDP Ferry Indonesia, Gapasdap, Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) dan KSOP Merak," jelasnya.

Dampak penutupan Pelabuhan Merak yang menjadi pusat aktivitas penyeberangan antara Pulau Jawa menuju Sumatera dan arah sebaliknya, bisa berakibat pada kegiatan perekonomian di kedua pulau tersebut.

"Sebesar apa pengaruhnya belum bisa dilihat dampak nya. Kerugian hanya ada di pengusaha, perekonomian di masyarakat tidak terpengaruh," ujar Heri Sofian, dosen Fakultas Ekonomi STIE Dwi Mulya Banten, saat ditemui di ruangannya, Kamis ini.

Jika penutupan Pelabuhan Merak sampai berhari-hari, maka akan terjadi kenaikan harga kebutuhan sembako di Pulau Sumatera, karena stok yang menipis.

"Kalau sudah seminggu dua minggu baru terasa dampaknya. Kalau setelah tiga hari, baru ada dampaknya kenaikan harga," ia menjelaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya