Menko Luhut: Jangan Takut Liburan Akhir Tahun ke Bali

Pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank yang rencananya akan digelar di Bali, Oktober 2018 tidak akan dipindahkan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Des 2017, 15:15 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 15:15 WIB
Sunrise Gunung Agung di Bali
Gunung Agung mengembuskan asap saat matahari terbit (sunrise) terlihat dari Kintamani, Bali, Rabu (13/12). Visual Gunung Agung tampak cerah, asap yang keluar dari kawah gunung itu masih rutin keluar meski tidak secara menerus. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Jakarta - Bali masih menjadi destinasi pariwisata yang aman untuk berlibur pada akhir tahun. Kondisi ini disampaikan Menko Maritim, Luhut B Pandjaitan usai menggelar rapat koordinasi tentang perkembangan terkini situasi Gunung Agung dengan kementerian dan lembaga terkait di bawah koordinasi Kemenko Bidang Kemaritiman.

Dalam rapat tersebut hadir Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Kepala Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Kementerian ESDM Rudy Suhendar, dan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman.

“Dari hasil paparan vulcanologist tadi, status Gunung Agung tetap Awas, tapi hanya pada radius 10 kilometer (km) paling jauh itu sisanya seluruh Bali normal,” tegas Luhut, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (15/12/2017).

Perhitungan arah angin juga menuju ke timur sehingga abu letusan Gunung Agung diperkirakan tidak akan mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

“Kalaupun ada perubahan minor (kecil) ke arah timur, menurut Pak Jonan (Menteri ESDM), ada NOTAM yang bisa diberitahukan,” kata dia.

Untuk memastikan keamanan kondisi Gunung Agung apabila terjadi letusan, Luhut membeberkan bahwa Kementerian ESDM atau badan vulkanologi telah membuat simulasi bahaya berdasarkan potensi aliran awan panas, aliran lahar maupun penyebaran abu vulkanik dengan berbagai skenario.

“ESDM atau vulcanologis sudah membuat simulasi 20 juta lahar yg ada kalo dia meledak 2,5 juta apa dampaknya, kalau meledak 5 juta lahar apa dampak nya atau sampai 20 juta lahar itu apa dampaknya,” ucap Luhut.

Simulasi itu, ia menjelaskan, menunjukkan bahwa daerah-daerah pariwisata yang lokasinya berada di luar radius 10 km dari puncak Gunung Agung dalam kondisi normal dan aman.

Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita menuturkan bahwa pihaknya telah memperhitungkan kondisi cuaca terutama arah angin dan hujan terhadap sebaran abu yang berpotensi dapat mengganggu penerbangan.

“Diperkirakan secara umum pada Januari di Indonesia, bahkan juga di Pulau Bali angin bertiup dari Barat ke arah timur. Demikian juga pada lapisan 500 milibar atau sekitar 1000 milibar atau di sini sekitar 1.500 meter. Nah di situ arah angin juga masih bertiup ke arah Timur, sehingga seandainya terjadi erupsi dan mengeluarkan abu, abu itu akan bergerak ke arah Timur tidak mengganggu di Bandara Ngurah Rai,” jelas dia.

Kondisi ini, menurutnya, dibantu oleh curah hujan menengah yang bisa mencapai 300 mm. “Artinya hujan ini terjadinya masih berada mulai dari atas ketinggian gunung sehingga abu dapat mencuci udara,” tutur Dwikorita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Jangan urungkan Niat Berlibur

Sunrise Gunung Agung di Bali
Wisatawan mengambil gambar sambil menikmati matahari terbit (sunrise) di Gunung Agung dari Kintamani, Bali, Rabu (13/12). BNPB menegaskan bahwa kondisi Pulau Bali aman bagi wisatawan meski Gunung Agung berstatus siaga. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Dengan kondisi yang semakin kondusif itu, Luhut mengimbau masyarakat untuk tidak mengurungkan niatnya berlibur ke Bali sepanjang masih berada di luar radius 10 km dari Gunung Agung.

“Itu tolong sampaikan supaya semua tetap berlibur ke Bali, tidak usah ditangguhkan,” tuturnya serius.

Kepada instansi pemerintah, Luhut juga meminta agar kegiatan yang telah diagendakan untuk dilaksanakan di Bali tidak dialihkan.

“Nanti saya lapor ke Presiden supaya pemerintah tidak mengalihkan tempat konferensinya dari Bali. Supaya kita sesama orang Indonesia sendiri bisa menunjukkan kebersamaan kita dalam keadaan yang seperti begini,” urainya.

Terakhir, Menko Luhut menegaskan pertemuan tahunan International Monetary Fund dan World Bank yang rencananya akan digelar di Bali, Oktober 2018 tidak akan dipindahkan lokasinya.

“Tidak ada alasan kami untuk memindahkan pertemuan IMF-World Bank kalau dengan status seperti sekarang ini,” ujar dia.

Terlebih lagi, menurutnya Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sudah memberikan dukungan penuh agar turis datang ke Bali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya