Gedung Milik Kemenkeu Ini Bakal Direnovasi Jadi Ikon Sejarah RI

Pembangunan gedung ini berlangsung di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Des 2017, 11:45 WIB
Diterbitkan 28 Des 2017, 11:45 WIB
Gedung AA Maramis yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Keuangan. (Dok Kemenkeu)
Gedung AA Maramis yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Keuangan. (Dok Kemenkeu)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) memastikan akan terus mengoptimalkan aset milik pemerintah. Salah satunya dengan merenovasi gedung bersejarah AA Maramis yang berlokasi di kompleks Kementerian Keuangan, Lapangan Banteng.

Di era Batavia, gedung ini merupakan Istana Batavia yang dibangun pada 1809. Selain dikenal dengan nama AA Maramis, gedung ini juga familiar dengan nama Gedung Daendels. Pembangunan gedung ini berlangsung di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.

Direktur Utama LMAN Rahayu Puspasari mengungkapkan, dengan melihat lokasi yang strategis, pihaknya masih berdiskusi dengan tim terkait mengenai konsep renovasi gedung AA Maramis tersebut.

Mengingat gedung tersebut sudah berusia lebih dari 200 tahun, maka LMAN akan tetap mempertahankan ciri khas dan bentuk asli bangunan.

"Kita akan bangun sedemikian rupa, di mana nantinya akan menjadi spot ikon sejarah Jakarta. Itu aset bersejarah selain nilai bangunan dan nilai tanah, nilai historisnya juga sangat besar dan gedung ini jadi salah satu kebanggaan Kementerian Keuangan," kata Rahayu seperti ditulis, Kamis (28/12/2017).

Dalam rangka renovasi teraebut, LMAN tengah menggandeng Tim Sidang Pemugaran (TSP) dan Pusat Dokumentasi Arsitek (PDA) untuk membicarakan konsep renovasi gedung tersebut. 

Memiliki luas 12 ribu meter persegi, dikatakan Rahayu, AA Maramis akan menjadi kompleks gedung perkantoran bersejarah terbesar di Asia Tenggara.

Mempertimbangkan berbagai hal tersebut, dia mengakui langkah renovasi gedung AA Maramis ini tidaklah mudah. "Memang ini tantangan bagi kami di mana kita bisa memaksimalkan aset yang luar biasa ini, tapi tetap mempertahankan intengible asset-nya," dia menambahkan.

Bahkan, terbuka kemungkinan juga bahwa nantinya gedung tersebut akan dikerjasamakan dengan swasta dalam proses renovasinya. "Bisa saja dengan swasta, tapi melalui tender. Kalau swasta inginnya itu jadi hotel," ucap dia.

Sampai saat ini LMAN belum memutuskan konsep renovasi Gedung AA Maramis Kemenkeu tersebut. Kebutuhan anggaran untuk merenovasi gedung ini pun belum bisa diperkirakan.

Tonton Video Pilihan Ini

LMAN Ambisi Kelola Aset Tidur Milik Pemerintah di 2018

Lembaga Menejemen Aset Negara (LMAN) Kementerian Keuangan menargetkan pengelolaan aset negara yang ada di instansi pemerintahan, terutama aset tidak produktif pada 2018. Saat ini, LMAN masih mengelola aset-aset negara yang menjadi limpahan Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN).

"Tahun depan kita coba optimalkan peran LMAN untuk bisa optimalisasi aset yang selama ini menjadi pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) di beberapa kementerian dan lembaga. Karena memang banyak aset yang harusnya bisa kita optimalkan," kata Direktur LMAN, Rahayu Puspasari, di Hotel Morissey, Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Selama ini, LMAN sudah terbukti memiliki pengalaman dalam memaksimalkan aset BLU tersebut, meski lembaga ini baru efektif terbentuk pada 2016. Di antaranya adalah memaksimalkan Kompleks Kemayoran dan Gelora Bung Karno GBK di Jakarta dan Jakabaring, Palembang.

Rahayu mencontohkan, saat ini ada salah satu gedung perkantoran milik salah satu instansi pemerintahan di Kuningan, Jakarta, yang sebenarnya bisa dioptimalkan. Gedung tersebut kini hanya memiliki delapan lantai.

"Padahal berdasarkan luasnya bisa kita optimalkan dengan ditingkatkan menjadi 24 lantai. Ini salah satunya. Jadi ke depan kita coba akan lakukan ini," dia menegaskan. 

Seperti diketahui, LMAN terus berupaya untuk menambah portofolio aset kelolaan. Pengelolaan aset negara ini memang menjadi tugas utama lembaga yang baru dibentuk dua tahun lalu tersebut.

Pada tahun ini, LMAN mendapatkan hak kelola beberapa aset eks Pertamina, seperti aktiva kilang eks LNG Arun dengan nilai aset Rp 11,05 triliun, aktiva kilang LNG Badak dengan nilai aset Rp 16,03 triliun, tanah di Jalan Terogong Jakarta Selatan senilai Rp 1,32 triliun (yang saat ini digunakan sebagai sekolah internasional Jakarta Inter-Cultural School/JIS), serta tanah dan bangunan di Jalan Dipati Ukur Bandung senilai Rp 5 miliar.

LMAN juga bertanggung jawab atas pengelolaan aset beberapa properti, berupa rumah toko (ruko), rumah tinggal, dan gedung senilai Rp 201,73 miliar, serta apartemen senilai Rp 95,26 miliar. Lembaga ini juga mendapatkan hak kelola tanah untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) senilai Rp 11,8 triliun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya