Liputan6.com, Jakarta - Saat perusahaan sedang goyah, pihak manajemen akan melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan aset perseroan. Termasuk jika harus melakukan penghematan gaji dan pemangkasan jumlah karyawan.
Itulah yang sedang terjadi oleh perusahaan produksi kamera GoPro. Meski saat 2014 perusahaan ini sukses besar, GoPro kini tengah berada di ambang kebangkrutan.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
CEO dan pendiri GoPro Nick Woodman dipangkas habis-habiskan. Dahulu pria ini bisa mengantongi US$ 800 ribu atau Rp10,7 miliar dan bonus US$ 300 ribu atau Rp 4,01 miliar. Kini Nick Woodman hanya digaji US$ 1 atau Rp 13.384 selama satu tahun ini.
Dilansir dari Channel News Asia, Sabtu (13/1/2018), pemangkasan ini disebabkan kondisi keuangan perusahaan yang memburuk. Pendapatan kuartal keempat GoPro pada kuartal IV 2017 sebesar US$ 330 juta atau Rp 4,56 triliun. Angkanya merosot dari pendapatan kuartal III 2017 yang sebesar US$ 474 juta atau Rp 6,34 triliun.
Perusahaan yang didirikan oleh Nick Woodman ini goyah. Keuangannya amburadul setelah produk drone GoPro, Karma, ditarik dari pasar karena dianggap produk gagal. GoPro juga memutuskan untuk menutup bisnis drone.
Selain memangkas gaji pemimpin perusahaan, GoPro juga merumahkan banyak karyawannya. Dilaporkan CNBC, Perusahaan pelopor kamera aksi ini berencana memecat 250 karyawan.
Nick mengatakan, hal ini dilakukan demi menurunkan model biaya operasi dan mendorong pertumbuhan perusahaan.
“Kami berharap ke depan, road map kami ditambah dengan model biaya operasi yang lebih rendah akan memungkinkan GoPro kembali ke profitabilitas dan pertumbuhan pada paruh kedua 2018,” kata Nick Woodman.