Wika: Penyebab Ambruknya Beton LRT Masih Tahap Investigasi

Proyek LRT Jakarta, Velodrome – Rawamangun dalam proses konstruksinya tidak menggunakan PCI girder, melainkan menggunakan box girder.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Jan 2018, 13:40 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2018, 13:40 WIB
Konstruksi LRT yang Roboh di Kayu Putih
Suasana dari ketinggian konstruksi tiang beton Light Rail Transit (LRT) yang roboh di Kayu Putih, Jakarta Timur, Senin (22/1). Belum diketahui penyebab ambruknya span P28-P29 Proyek LRT yang terjadi pada dini hari tersebut. (Liputan6.com/Arya Manggala)
Liputan6.com, Jakarta PT Wijaya Karya menyatakan Tim Observasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jembatan masih melaksanakan observasi terkait penyebab insiden ambruknya Proyek LRT Velodrome – Kelapa Gading, beberapa waktu lalu. 
 
Penyelidikan guna mengetahui penyebab insiden melalui pengambilan sampel beton, alat jacking dan kabel strand di lokasi terdampak untuk kemudian dilakukan pengujian di laboratorium balai litbang jalan dan jembatan.
 
 
"Bahwasanya saat ini masih berlangsung proses investigasi terhadap insiden Proyek LRT Velodrome – Kelapa Gading (P102) Bentang P28-29 oleh pihak-pihak yang berwenang dan berkompeten," jelas Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya, Puspita Anggraeni dalam penjelasannnya di Jakarta, Sabtu (28/1/2018).
 
Dia juga menuturkan jika Proyek LRT Jakarta, Velodrome – Rawamangun dalam proses konstruksinya tidak menggunakan PCI girder melainkan menggunakan box girder.
 
Dia menuturkan, pada Jumpa Pers Kejadian Kegagalan Bangunan dan Kecelakaan Konstruksi, Jumat (26/1), analisis dan poin-poin identifikasi kesimpulan penyebab terjadinya kecelakaan konstruksi merupakan kajian strategis oleh Kementerian PUPR.
 
Ini atas serangkaian kejadian kecelakaan konstruksi yang terjadi pada beberapa proyek terhitung 22 September 2017 hingga 23 Januari 2018. "Jadi tidak semata-mata mengarah kepada Proyek LRT Velodrome – Rawamangun saja," tegas dia.
 
Pernyataan Puspita menanggapi perihal pemberitaan sebelumnya, seperti disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR, Danis H Sumadilaga yang menyatakan jika pihaknya masih menyelidiki ambruknya girder atau beton di antara dua penyangga pada proyek Light Rapid Transit (LRT) Jakarta di kawasan Kelapa Gading-Velodrome.

Hasil kesimpulan sementara, kecelakaan ini terjadi karena proses penarikan kabel (stressing) dan sambungan basah.

"Hasil kesimpulan sementara karena proses penarikan kabel dan sambungan basah sehingga girder LRT ambruk," kata di kantornya, Jumat (26/1/2018).

 

 

.

Identifikasi Sementara

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Syarif Burhanuddin, menjelaskan, beberapa identifikasi sementara penyebab kecelakaan saat proyek dilaksanakan atau konstruksi pada pemasangan PCI girder yang terjadi di proyek LRT Jakarta rute Kelapa Gading-Velodrome.

Pertama, kondisi tidak stabil. Penyebab kedua, gantungan crane mengalami pelonggaran sehingga gelagar berotasi, ketiga, vertikalitas gantungan sulit dikontrol.

Keempat, bracing baja tulangan tidak mampu menahan gaya guling, kelima, jack hidraulic yang tidak bekerja dengan baik. Terakhir, proses stressing dan sambungan beton basah.

"Jadi kecelakaan disebabkan belum dipenuhinya sebagian standar operation procedure (SOP), terutama dalam hal pengangkatan balok (erection girder), pemasangan pengaku atau bracing, dan proses penarikan kabel," ucap Syarif.

Permasalahan itu pula yang terjadi pada kasus robohnya girder di proyek Jembatan Overpass Caringin pada ruas tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), Jawa Barat.

Kasus serupa lainnya, Jembatan Overpass di ruas tol Pasuruan-Probolinggo, Jawa Timur, Jembatan Ciputrapinggan KM. Bandung ruas Banjar-Pangandaran, Jawa Barat, serta Jembatan Overpass proyek tol Pemalang-Batang, Jawa Tengah. "Kelima kejadian ini yang masih kami telusuri," Syarif berujar.

Sebagai tindak lanjutnya dari Kementerian PUPR, Syarif mengatakan, akan memasang bracing baja modular antargirder, peralatan erection haris diinspeksi sebelum digunakan, landasan perletakan harus lebar mendekati lebar flens bawah gelagar.

"Selain itu, erection memperhatikan umur grouting post tensioning tendons, kapasitas crane minimal 2,5 dari beban, dan perbaikan sistem stressing dan pelaksanaan sambungan beton basah boks girder," paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya