Liputan6.com, Denpasar - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyediakan 209 rute angkutan udara perintis penumpang dan 41 rute angkutan udara perintis kargo pada 2018. Angkutan perintis sendiri untuk menjangkau wilayah terpencil maupun terluar di Indonesia.
Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Maria Kristi Endah mengatakan, rute tersebut lebih banyak dibanding tahun 2017.
"(Tahun lalu) 188 rute, kargo 12. Kargo baru akhir tahun baru bisa melaksanakan," kata dia di Bali, Rabu (31/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Untuk melaksanakan angkutan udara perintis penumpang, pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 480 miliar pada 2018. Sementara, untuk kargo sebesar Rp 106 miliar.
Dia menerangkan, anggaran untuk angkutan udara perintis penumpang mengalami penurunan. Pada 2017, anggaran angkutan udara perintis penumpang sebanyak Rp 568 miliar. Hal ini sebagai bentuk efisiensi. Sebab, beberapa wilayah sulit diterbangi karena terkendala cuaca.
"Rp 568 miliar jadi Rp 480 miliar, efisiensi. Rutenya banyak, tapi frekuensi enggak terlalu banyak karena pertimbangan cuaca," ujar dia.
Lanjutnya, hampir semua angkutan udara perintis tersebut sudah terkontrak. Adapun pelaksana penerbangan perintis antara lain Airfast Indonesia, Dimonim Air, Susi Air.
"(Kontrak) Sudah 95 persen untuk penumpang ya. Untuk kargo hampir semuanya. Jadi gini kalau kontrak sudah, tapi jalannya baru mau," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Penerbangan Perintis di Papua Menantang
Sebelumnya, Pemerintah berupaya membuka akses di wilayah terpencil melalui angkutan udara perintis baik penumpang maupun kargo. Meski begitu, angkutan udara perintis ini bukan tanpa kendala.
Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Maria Kristi Endah mengatakan, tantangan angkutan udara perintis salah satunya terjadi di Papua. Lantaran, kondisi cuaca yang sulit diprediksi kerap membuat pesawat batal melakukan pendaratan.
"Kalau selama ini masalah gede enggak ada. Masalahnya terutama di Papua karena cuaca unpredict, jadi yang tadinya direncanakan misalnya sekali seminggu pun, lima kali seminggu enggak bisa full jalan, enggak bisa landing, balik lagi," kata dia di Bali, Rabu 31 Januari 2018.
Pada 2017, terdapat 188 rute angkutan udara perintis penumpang. Kemudian, 12 rute untuk angkutan udara perintis kargo dan 1 rute subsidi angkutan udara kargo.
Khusus 188 rute angkutan udara perintis penumpang, sebanyak 17 persen untuk Sumatera, 2 persen Jawa, 13 persen Kalimantan, 5 persen Sulawesi.
Selanjutnya, sebanyak 2 persen Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku Utara 2 persen, dan Maluku 5 persen. Papua Barat melayani angkutan udara perintis penumpang sampai 7 persen dan Papua 47 persen.
Sementara, dari sisi realisasi frekuensi mencapai 95 persen, sedangkan realisasi penumpang 62 persen.
"Karena pesawat sudah ke sana, bawa orang harus balik, kargo juga begitu, harusnya sudah ditunggu, enggak bisa landing," ujar dia.
Dia menambahkan, karena cuaca yang sulit diprediksi, maka penerbangan kerap dilakukan pada pagi hari. "Dan Papua itu hanya bisa berangkat pagi kalau enggak salah, di bawah jam 10," ujar dia.
Advertisement